Sebanyak 1.259 Desa di Jateng Krisis Air Bersih

Sebanyak 1.259 Desa di Jateng Krisis Air Bersih Sebuah tambak di Kabupaten Indramayu, Jabar, mengalami kekeringan kala kemarau 2019. (Foto: Antara Foto/Dedhez Anggara)

SEMARANG - Wilayah di Jawa Tengah (Jateng) yang mengalami kekeringan kian meluas. Per akhir  September 2019, mencapai 1.259 desa di 360 kecamatan pada 22 kabupaten/kota.

"Lebih memprihatinkan lagi yang terjadi di kawasan kars. Belum terjangkau aliran sumber air bersih," ujar Wakil Ketua Komisi D DPRD Jateng, Hadi Santoso, Kamis (17/10).

Baca juga:
BPBD: 28 Daerah di Jateng Kekeringan
Minimalisasi Kekeringan, Pemprov Bakal Bangun 11 Embung Baru
Kemarau di Jateng Diprediksi hingga Desember 2019

Dia melanjutkan, sebanyak tujuh waduk kosong kala kemarau. Seperti Waduk Tempuran, Simo, Parangjoho, Kedunguling, Ngancar, Kembangan, dan Waduk Botok. Sebanyak 16 unit lain kondisinya di bawah rencana. Hanya 18 yang sesuai rencana.

"Volume di bawah rencana itu, artinya kurang dari 85 persen rasio ketersediaan air bersih. Berdasarkan volume rencana atau volume air kurang," tuturnya.

Waduk-waduk yang di bawah rencana seperti Malahayu, Wonogiri, Sempor, dan Sudirman. Berikutnya Gembong, Gunungrowo, Greneng, Butak, Krisak, Delingan, dan Brambang.

Menurutnya, kemarau panjang bukan faktor tunggal pemicu kekeringan. "Juga disebabkan oleh kondisi air tanah kita yang semakin menipis," ucap politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.

Karenanya, Hadi meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng serius menyelesaikan masalah tersebut. Dengan membuat embung atau waduk. Salah satu caranya.

Dorongan serupa disampaikan Anggota Komisi D DPRD Jateng, Nurul Furqon. Dia takingin pemprov sekadar menyalurkan bantuan air bersih ke daerah-daerah terdampak kekeringan.

"Pemberian bantuan air bersih melalui program dropping air, memang sangat membantu masyarakat yang dilanda kekeringan. Namun, itu sifatnya hanya sementara," tuntasnya, mencuplik Kedaulatan Rakyat.