warisi tradisi untuk penerus selanjutnya

Sebuah tradisi yang unik yang diturunkan dari generasi ke generasi kembali dijalankan oleh masyarakat Dukuh Tambak, Desa Sribit, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen. Tradisi ini, yang dikenal sebagai Pasar Tambak, diadakan pada Kamis (10/7), bertepatan dengan malam Jumat Wage di pekan pertama Suro. Pasar yang muncul secara musiman ini hanya berlangsung setahun sekali dan diyakini membawa berkah bagi penduduk setempat.

Acara Pasar Tambak diselenggarakan di lapangan terbuka Dukuh Tambak. Lokasi yang biasanya tenang tiba-tiba berganti menjadi pusat kesibukan dan keramaian, dipenuhi oleh masyarakat lokal dan wisatawan dari berbagai daerah. Di sana, para penjual menghadirkan beragam barang kebutuhan rumah tangga, alat pertanian, peralatan dapur, hingga barang-barang untuk peternakan. Menariknya, setiap transaksi dilakukan tanpa tawar menawar, karena diyakini memberikan keberkahan bagi baik pembeli maupun penjual.

Wakil Bupati Sragen Suroto, juga hadir di acara itu dan memberikan pujian kepada warga Dukuh Tambak yang terus melestarikan warisan budaya nenek moyang. Ia menekankan, Pasar Tambak tidak hanya merupakan kegiatan jual beli, tetapi juga cerminan kearifan lokal yang dipenuhi dengan nilai-nilai mulia.

“Saya menghargai semua masyarakat, terutama penduduk Dukuh Tambak, yang telah menjaga dan memelihara warisan budaya ini. Tradisi ini lebih dari sekadar ekonomi, tetapi juga merupakan identitas kita sebagai orang Jawa,” ujarnya.

Suroto juga menekankan pentingnya memperkenalkan tradisi ini kepada generasi muda, agar mereka tetap terhubung dengan akar budaya dan sejarah daerah mereka.

Berdasarkan cerita yang diteruskan secara lisan, asal Pasar Tambak dipercayai terkait dengan kisah seorang pangeran yang kehabisan bekal saat menjelajahi sepanjang sungai Bengawan Solo, yang dulunya diyakini melintasi area Dukuh Tambak. Sejak itu, pasar ini dianggap sebagai simbol berkah dan kelangsungan hidup bagi masyarakat setempat.

Sumber jatengprov.go.id