Buka Luwur Makam Syech Maulana Ibrahim Maghribi
Buka Luwur Makam Syech Maulana Ibrahim Maghribi, Tradisi Sakral Masyarakat Pantaran Kembali Digelar
Tradisi budaya tahunan Buka Luwur kembali digelar oleh masyarakat Dukuh Pantaran, Desa Candisari, Kecamatan Gladagsari, pada Jumat ketiga bulan Sura (18/7).
Kegiatan ini, merupakan agenda rutin yang diselenggarakan setiap bulan Muharram (Sura) sebagai bentuk penghormatan kepada para tokoh leluhur yang dimakamkan di kawasan Makam Pantaran, termasuk Syech Maulana Ibrahim Maghribi.
Selain Syech Maulana Ibrahim Maghribi, makam ini juga menjadi tempat peristirahatan tokoh-tokoh penting lainnya seperti Dewi Nawangwulan, Ki Ageng Pantaran, Ki Ageng Mataram, dan Ki Ageng Kebo Kanigoro.
Dihadiri Pejabat dan Tokoh Adat
Pada prosesi tahun ini, Bupati Boyolali diwakili oleh Asisten Tata Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Asisten I) Sekretaris Daerah, Muhammad Arief Wardianta. Hadir pula Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta, Gusti Kanjeng Ratu Koes Moertiyah Wandansari atau yang akrab disapa Gusti Moeng.
Sejak pagi, ribuan warga telah memadati area sekitar Makam Pantaran untuk mengikuti rangkaian prosesi adat. Acara dimulai dengan Kirab Luwur, yaitu arak-arakan kain penutup makam (luwur), sesaji, payung pusaka (songsong), aneka bunga, serta beberapa gunungan berisi hasil bumi.
Prosesi Sakral dan Simbolik
Setibanya di kompleks makam, rombongan kirab menyerahkan simbol-simbol budaya tersebut kepada perwakilan Bupati Boyolali, lalu diteruskan kepada juru kunci makam. Prosesi kemudian dilanjutkan dengan penggantian kain luwur di makam Syech Maulana Ibrahim Maghribi dan penaburan bunga di pusaranya sebagai bentuk penghormatan dan doa.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Boyolali, Budi Prasetyaningsih, menjelaskan, acara Buka Luwur tahun ini terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan, di antaranya:
- Khotmil Qur’an di Makam Pantaran pada Kamis (18 Juli 2025)
- Upacara puncak Buka Luwur pada Jumat (19 Juli 2025)
- Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk dengan lakon Wahyu Katentreman oleh dalang Ki Hadi Sugino, Sabtu malam (20 Juli 2025)
“Tujuan kegiatan ini adalah nguri-uri (melestarikan) budaya dan adat istiadat leluhur Pantaran, sekaligus mengembangkan potensi wisata budaya dan religi di kawasan Merapi-Merbabu,” ujar Budi, yang akrab disapa Ning.
Budaya sebagai Daya Tarik Wisata Religi
Membacakan sambutan Bupati Boyolali, Muhammad Arief Wardianta menyampaikan, budaya lokal tidak hanya menjadi warisan, tetapi juga memiliki potensi besar sebagai daya tarik wisata religi yang dapat menjangkau masyarakat luar daerah.
“Budaya, agama, dan tradisi lokal adalah pilar penting dalam membentuk identitas Kabupaten Boyolali yang maju, namun tetap berakar pada nilai-nilai spiritual dan budaya,” ujarnya.
Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk pemuda, tokoh agama, dan pelaku budaya, untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan warisan budaya ini sebagai bagian dari jati diri masyarakat Boyolali.
Rangkaian acara Buka Luwur ditutup dengan pembacaan dzikir dan tahlil bersama, serta tradisi rebutan gunungan hasil bumi, yang menjadi simbol berkah dan kemakmuran bagi masyarakat sekitar.
Sumber: Pemkab Boyolali
Komentar