Warga Padukuhan Tegalsari Pakem Sleman Lestarikan Tradisi Nyadran

Warga Padukuhan Tegalsari Pakem Sleman Lestarikan Tradisi Nyadran Kirab atau upacara adat Nyadran di Padukuhan Tegalsari, Kalurahan Pakem, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman (Foto: Posjateng.id/Kartiko Bramantyo Dwi Putro)

Warga Padukuhan Tegalsari, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar Nyadran/Sadranan pada Bulan Syakban atau Ruwah sebelum memasuki Bulan Ramadan. Lurah Pakembinangun, Suranto, mengatakan acara Nyadran digelar setiap tahun sebagai komitmen untuk melestarikan tradisi budaya yang sudah diwariskan para leluhur.

“Nyadran bertujuan untuk melestarikan tradisi serta menjaga silaturahmi masyarakat,” ujar Suranto saat menghadiri Nyadran di Padukuhan Tegalsari, Minggu (12/3).

Berdasarkan pantauan Posjateng.id, kegiatan Nyadran diawali dengan kirab atau upacara adat Nyadran oleh warga setempat. Setelah itu, warga bersama mendoakan para ahli kubur, dilanjutkan dengan tahlil, zikir, pengajian, dan makan bersama.

Pada kesempatan yang sama, Dukuh Tegalsari, Muji menilai Nyadran menjadi momentum untuk mengeratkan hubungan warga serta menghargai pendahulu.

“Semoga hubungan sesama warga bisa semakin erat melalui Nyadran dan senantiasa mengingat para pendahulu yang sudah wafat,” tutur Muji. 

Sementara itu, salah satu peserta kirab, Kartika Ayu Handayani, mengapresiasi terselenggaranya Nyadran tahun 2023 ini. Menurutnya, Nyadran sempat tidak dilaksanakan akibat pandemi Covid-19.

“Alhamdulillah tradisi Nyadran tahun ini berjalan lancar. Sebelumnya sempat tidak dilaksanakan akibat Covid-19,” jelasnya.  

Lebih lanjut, sebagai generasi muda Kartika bersyukur bisa berperan aktif dalam terselenggaranya Nyadran. Ia menilai, Nyadran bisa terlaksana berkat kerja sama seluruh elemen masyarakat, khususnya pemuda/pemudi di Padukuhan Tegalsari yang peka terhadap nilai-nilai leluhur.

“Saya bersyukur bisa terlibat pada tradisi Nyadran kali ini. Acara ini berjalan lancar berkat kerja sama seluruh warga Tegalsari,” tandasnya.

Melansir kebudayaan.jogjakota.go.id, Nyadran merupakan salah satu tradisi yang masih lekat dalam kehidupan masyarakat Jawa. Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta “Sraddha” yang artinya keyakinan.

Tradisi Nyadran merupakan suatu budaya mendoakan leluhur yang sudah meninggal dan seiring berjalannya waktu mengalami proses perkembangan budaya sehingga menjadi adat dan tradisi yang memuat berbagai macam seni budaya.   

Nyadran dikenal juga dengan nama Ruwahan, karena dilakukan pada bulan Ruwah. Tradisi Nyadran berdasarkan sejarahnya merupakan suatu akulturasi budaya jawa dengan islam.