Unik dalam Pengolahan, Nasi Grombanyang Pemalang Jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia

Unik dalam Pengolahan, Nasi Grombanyang Pemalang Jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Salah satu pedagang Nasi Grombyang khas Pemalang. Foto: jatengprov.go.id

Pemalang, Pos Jateng – Nasi grombyang, kuliner khas Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah baru saja ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kuliner nasi grombyang, masuk sebagai salah satu warisan budaya bukan pada produknya, namun proses pembuatannya yang dinilai unik.

“Memang bentuknya benda, masuk Warisan Budaya Tak Benda ini mengacu lebih pada kategori teknologi tradisional,” jelas Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pemalang, Ismun Hdiyono, dikutip dari jatengprov.go.id, Jumat (5/11).   

Ismun mengaku, pihaknya mengusulkan nasi grombyang menjadi salah satu WBTB sejak 2019 lalu. Baru pada 29 Oktober 2021 ditetapkan sebagai WBTB.

“Melihat perkembangan ke sini, makanan khas banyak yang diklaim daerah atau bahkan negara lain. Sehingga kami punya kewajiban mengusulkan nasi grombyang, itu asline sega grombyang,” imbuhnya.

Ismun menambahkan setelah penetapan WBTB, pemerintah setempat bertanggung jawab atas empat pilar, yakni pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pelestarian.

“Saat ini ada beberapa warung makan yang jual nasi grombyang. Maka, kami akan bertanggungjawab untuk melakukan pelindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pelestarian,” tandasnya.

Dapat diketahui, nama grombyang berasal dari bahasa Pemalang yang berarti berarti mengapung di permukaan atau bergoyang-goyang. Dalam penyajiannya, komposisi kuah lebih banyak dari nasi, sehingga nasi dapat mengapung dan bergoyang-goyang di antara kuah.  Nama grombyang tidak bisa didapati di kota-kota lain, sangat ikonik dan unik.

Tidak diketahui dengan pasti kapan makanan khas ini mulai diciptakan. Konon, nasi grombyang sudah ada sejak 1960-an. Pada waktu itu penjual nasi grombyang menjual dagangannya secara tidak menetap, tetapi berkeliling kampung.

Membuat nasi grombyang lebih rumit ketimbang soto daging ataupun daging kuah lainnya. Mulai memasak daging hingga menu kaldunya yang terbuat dari kluwak, serundeng serta lemak daging itu sendiri.

Kuahnya dibumbui dengan berbagai rempah, seperti lengkuas, jahe, kunyit, daun salam, kemiri, dan lainnya. Kemudian sebelum disajikan ditaburi irisan daun bawang dan bawang merah.

Salah seorang pewaris nasi grombyang, Waridin, menceritakan dirinya sudah mulai membuka usaha jual nasi grombyang sejak 1978, yang sebelumnya ikut membantu pamannya, Warso dalam usaha yang sama.

"Awalnya ikut paman jual nasi grombyang, akhirnya buka sendiri sejak tahun 1978 sampai sekarang. Dulu dari harga 15 perak (Rp15), sampai sekarang sudah Rp16 ribu per porsi," ucap Waridin.

Waridin mengaku bangga usahanya melanjutkan warisan resep nenek moyangnya setelah nasi grombyang ditetapkan menjadi salah satu WBTB.

"Saya senang dan bangga ini tercatat sebagai Warisan Budaya,” paparnya.