Menkes: Varian Covid-19 Omicron di Indonesia Jadi 68 Kasus

Menkes: Varian Covid-19 Omicron di Indonesia Jadi 68 Kasus Ilustrasi Covid-19. Foto: unsplash.com

Nasional, Pos Jateng - Pemerintah menyatakan persebaran varian Omicron di Tanah Air menjadi 68 kasus. Jumlah tersebut dirilis usai penambahan sebanyak 21 kasus pada hari Rabu (29/12).

"Tadi pagi kita temukan lagi 21 orang (pasien Omicron). Jadi total kasus hingga hari ini sebanyak 68 orang," ujar Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers.

Budi menjelaskan, 21 kasus varian Covid-19 Omicron tersebut merupakan imported case atau kasus yang dibawa dari luar negeri. Untuk kasus imported case terbanyak dari Arab Saudi, Turki, dan Uni Emirat Arab.

Sebagai informasi, hingga saat ini tercatat hanya satu pasien kasus varian Covid-19 Omicron dari transmisi lokal, yaitu warga yang bermukim di Apartemen Pluit, Jakarta Utara.

Ia mengingatkan masyarakat agar menunda dulu perjalanan liburan ke luar negeri untuk menghindari penularan Covid-19 varian Omicron.

“Tolong sekali lagi, kami imbau agar liburan kali ini nikmatilah keindahan Indonesia, belanjakanlah uang-uang Anda di Indonesia dan mari kita hidupi warga negara Indonesia yang selama ini hidupnya dari industri pariwisata,” tuturnya.

Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menduga penularan komunitas (transmisi komunitas) penularan varian Covid-19 Omicron sudah terjadi karena minimnya tes Whole Genome Sequencing (WGS) di Indonesia.

Selain itu, asumsi berbasis ilmiah tersebut merujuk pada pertimbangan terkait adanya kelemahan dan standar-standar penanganan Covid-19 yang belum terpenuhi.

Untuk mencegah penularan varian Covid-19 Omicron, lanjutnya, pemerintah Indonesia perlu meningkatkan 3T (testing, tracing, treatment), 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas) dan mengejar target vaksinasi dosis lengkap.

“Sebenarnya sulit menghindari kemungkinan Indonesia belum (transmisi) di komunitas. Toh, di sini, Australia yang lebih ketat saja terjadi. Apalagi, di Indonesia yang 3T (testing, tracing, treatment)-nya saja tidak kuat,” ucapnya, dikutip dari Alinea.id, Rabu (29/12).