Mengenal Budaya Tari di 'ASEAN Contemporary Dance Festival'

Mengenal Budaya Tari di 'ASEAN Contemporary Dance Festival' Para penari dari ASEAN sedang gladi bersih untuk ASEAN Contemporary Dance Festival di Auditorium Sanata Dharma, Yogyakarta, Sabtu (13/7/2019). (Foto: Antara).

YOGYAKARTA - Para penari dari negara-negara ASEAN mengatakan, acara "ASEAN Contemporary Dance Festival" adalah tempat untuk saling mengenal budaya satu dengan lainnya.

"Saya merasa kegiatan ini adalah tempat untuk saya belajar tentang negara ASEAN lainnya," kata koordinator delegasi Vietnam Le Hai Minh di Yogyakarta, Sabtu (13/7).

Tak hanya itu, acara tersebut juga diakui sebagai tempat mengenal bentuk tarian dari masing-masing negara, tidak hanya tarian modern saja, tetapi juga tarian tradisionalnya.

Hal yang menarik baginya adalah penampilan tarian kontemporer dari 10 delegasi negara ASEAN, yang berjudul Mahabagin Dance.

Dia berharap, kegiatan tersebut juga bisa terus dilakukan di negara ASEAN lainnya, agar negara-negara ASEAN bisa terus mengembangkan tari-tarian tersebut.

Sementara itu, koregrafer dari Thailand Zack Kampanath Ruangkaittivilas mengatakan hal yang senada, yakni acara tersebut merupakan kesempatan para penari untuk mengenal satu sama lain.

"Walaupun saya tahu tarian dari negara-negara ASEAN, tetapi saya tidak pernah mengenalnya terlalu detail tentang teknik yang mereka gunakan. Ini menjadi pengalaman yang bagus dan berbeda," kata Zack.

Zack menyebutkan, beberapa negara memang ada yang memiliki gerakan yang sama. Tetapi sebenarnya gerakan-gerakan tersebut mempunyai perbedaan, baik dalam bentuk dan penerjemahan gerak.

Sementara itu, koregrafer tari kolaborasi ACDF Santi Dwisaputri mengatakan, dalam kegiatan tersebut keakraban dari masing-masing peserta sudah terlihat dari awal.

Semua negara ASEAN diharapkan saling mengenal satu sama lain, mengenai kultur yang dimiliki sehingga timbul rasa saling memahami dan menghormati satu sama lain.

"Dari kolaborasi kami harap semua dapat memahami satu sama lain. Jadi nanti jangan ada klaim oh ini budaya saya, karena pada dasarnya semua memiliki akar yang sama," kata Santi. (Ant).