Warga Magelang 'Perang Air' Sambut Ramadan

Warga Magelang 'Perang Air' Sambut Ramadan Warga saling lempar air dalam tradisi Bajong Banyu di Jateng/Foto: Elshinta.

Magelang-Masyarakat Jawa Tengah memiliki tradisi tersendiri menyambut datangnya bulan suci Ramadan dengan mandi membersihkan diri di sumber-sumber mata air.

Masyarakat Magelang misalnya, tepatnya di Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan memiliki tradisi unik yang bernama "Bajong Banyu" untuk menyambut Ramadhan 1440 H ini.

Tidak saja mandi bersama di sebuah mata air, mereka juga saling melempar air ke badan orang lain sebagai simbol untuk membersihkan diri.

Tradisi Bajong Banyu yang berlangsung di sebuah tanah lapang di tengah dusun itu diikuti oleh seluruh warga Dusun Dawung, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Prosesi diawali dengan pengambilan air oleh tokoh masyarakat dan perangkat desa setempat di Sendang Dawung yang berjarak sekitar 300 meter dari lokasi digelarnya atraksi Bajong Banyu.

Sebelum mereka menuju sendang, kegiatan diawali dengan pementasan tari pawitra oleh 12 anak perempuan yang memiliki makna menyucikan diri. Simbol air untuk menyucikan hati dan pikiran sebelum memasuki bulan puasa.

Usai melakukan ritual membasuh muka, beberapa saat kemudian ada aba-aba dengan pengeras suara warga untuk saling melempar air yang sudah disiapkan di dalam sejumlah kantong plastik.

Ratusan kantong plastik berisi air sebelumnya telah disiapkan di sejumlah drum di beberapa titik di lokasi Bajong Banyu.

Tradisi Bajong Banyu ini mengandung makna membersihkan diri sebelum masyarakat menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan nanti.

"Kegiatan ini wujud dari budaya di kampung kami menjelang bulan Ramadhan. Kami adakan acara perang air bajong banyu dengan prosesi yang sudah dilakukan sebelumnya mulai dari pengambilan air, kemudian membasuh muka masing-masing, kemudian diakhiri dengan saling melempar air antarwarga," kata Koordinator kegiatan, Gepeng Nugroho.

Ia mengatakan makna dari kegiatan ini adalah ketika masyarakat saling menyerang, saling membasahi dengan anggota masyarakat yang lain, tetapi justru mereka terlihat saling bergembira bersama.

"Mereka justru saling memberikan dorongan semangat satu sama lain untuk berbasah-basahan," katanya.

Menurut dia hal ini seharusnya bisa menginspirasi dalam dinamika interaksi sosial di masyarakat. Menurut dia persoalan di masyarakat itu pasti ada, tetapi ketika pikiran positif masyarakat dikedepankan dalam berinteraksi sosial maka akan menjadikan masyarakat bisa selalu hidup rukun.

Seorang warga Dawung Nuryanto (27) merasa senang bisa mengikuti tradisi bajong banyu meskipun harus berbasah-basahan.

"Kami selalu mengikuti tradisi saling lempar air ini untuk menyambut bulan Ramadhan," katanya.

Ia mengatakan, tidak ada rasa dendam atau permusuhan dalam kegiatan 'perang air' ini, tetapi justru warga bergembira untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan.

Melalui tradisi ini, sambung dia, justru saling mengakrabkan dan menyatukan satu warga dengan warga lainnya.

"Kami dengan senang hati terkena lemparan air. Memang dalam tradisi ini kita harus berbasah-basahan," katanya.

Sementara Kepala Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Wisik mengatakan tradisi Bajong Banyu rutin dilakukan setiap tahun menyambut Ramadan.

"Kegiatan ini bermakna untuk menyucikan diri dengan harapan nanti warga bisa menjalankan ibadah puasa Ramadan dengan khidmat," ucapnya. (Ant)