Petani Semarang Ditipu Importir Nakal

Petani Semarang Ditipu Importir Nakal Ditjen Hortikultura Kementan mengadakan tanam bawang putih di Desa Glapansari, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, 16 Desember 2017. (Foto: Posjateng.com/Fatah HS)

Semarang - Ratusan petani bawang putih di Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng), ditipu PT Cipta Makmur Sentosa (CMS), importir hortikultura. Kerugian diklaim mencapai ratusan juta.

"Karena selama hampir satu tahun, lahan untuk pertanian bawang putih yang dikontrak importir tak juga ditanami," ujar Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Dusun Selongisor, Pitoyo, dalam keterangan tertulis yang diterima, baru-baru ini.

Ada sekitar 435 hektare lahan di Kecamatan Getasan yang menjadi korban importir nakal tersebut. Sedangkan di Desa Batur, lahan yang menganggur mencapai 110 hektare milik 12 gapoktan.

Sepatutnya importir memberikan bibit kepada petani untuk ditanami. Itu, merupakan bagian dari kegiatan wajib tanam lima persen yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 30 Tahun 2017 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (Permentan RIPH).

Dalam implementasinya, importir diwajibkan melibatkan kelompok tani (poktan) dan diketahui Dinas Pertanian setempat. Kerja sama disahkan melalui nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU).

MoU diteken akhir 2017. PT CMS menjanjikan benih bawang putih 5-6 kuintal per hektare. Sedangkan kontrak lahannya, dimulai sejak November 2017-Februari 2019 dengan dua kali masa tanam.

"Kami menyiapkan lahan dan pihak perusahaan menjanjikan batuan benih, alat pertanian, dan pupuk. Hasilnya, 70 persen petani dan 30 persen mereka," beber Pitoyo.

Namun, usai MoU hingga kini importir kini tak kunjung mengirim bibit yang dijanjikan. Begitu pula dengan alat mesin pertanian (alsintan). Malangnya, petani telah mengeluarkan biaya untuk menyiapkan lahan, agar siap ditanam.

"Saya sendiri mewakili teman-teman petani, sudah sering menghubungi pimpinan perusahaan. Tapi, mereka bilang katanya ada kendala benihlah, regulasi ekspor-imporlah, dan lain-lain," ungkapnya.

Karenanya, Pitoyo berharap Kementerian Pertanian (Kementan) turun tagan menyelesaikan masalah tersebut. Apalagi, mereka kehilangan momentum menanam tembakau selama lahan menganggur.

"Pengin saya dan teman-teman saat ini, ya, bisa segera menanam bawang, seperti yang dijanjikan," tuntasnya.