Pemerintah: Varian Omicron Diduga Lebih Cepat Menular Dibanding Delta

Pemerintah: Varian Omicron Diduga Lebih Cepat Menular Dibanding Delta Ilustrasi Covid-19. Foto: unsplash.com

Nasional, Pos Jateng - Pemerintah menyatakan virus Covid-19 varian Omicron dapat meningkatkan angka penularan secara epidemiologi. Varian ini juga diduga lebih cepat menular dari varian Delta yang cukup menyulitkan beberapa negara.

Berdasarkan preliminary report dari asal Omicron, Afrika Selatan, penderita varian ini memiliki gejala yang mirip dengan varian lain, bahkan beberapa individu diketahui tidak bergejala.

“Kemungkinan varian ini lebih cepat menular dibandingkan dengan varian Delta dan reinfeksi,” kata Ketua Bidang Data dan IT Satgas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisya dalam talkshow Analisis Gelombang ke-3 Covid-19 di Indonesia, Senin (29/11).

Dewi menjelaskan, varian baru ini mempunyai 50 mutasi secara keseluruhan, lebih dari 30 di antaranya terdapat pada spike protein (taji protein). Protein tersebut menunjukkan efek yang signifikan terhadap penurunan kemampuan antibodi dalam menetralisir virus.

“Berdasarkan sebaran kasus di Afrika Selatan, Omicron mendominasi dibandingkan varian lainnya. Padahal, varian Omicron baru teridentifikasi pada 9 November 2021,” tambah Dewi.

Ia mengatakan, Pemerintah Indonesia masih mempelajari lebih lanjut dampak dari varian baru ini terhadap efektitas dari vaksin. Sementara menunggu hasil, lanjut Dewi, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 23/2021 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Internasional Pada Masa Pandemi Covid-19.

“Negara-negara yang memang sudah teridentifikasi terdapat varian ini harus karantina 14 hari, kemudian jika di luar negara ini, melakukan karantina tujuh hari. Jadi, sudah ada langkah mitigasi yang dilakukan untuk menghindari atau langkah preventif,” pungkasnya.

Sebaga informasi, varian Omicron dilaporkan ke WHO pertama kali pada 24 November 2021. Kasus konfirmasi tersebut berasal dari spesismen yang diambil pada 9 November 2021 di Afrika Selatan.

Sedangkan pada Botswana, kasus konfirmasi merupakan spesimen yang diambil pada 11 November 2021. Pada Belgia, Hongkong, Israel dan beberapa negara di Eropa, kasus terkonfirmasi terkait perjalanan per 27 November 2021.