Sejak Medio Ramadan, Lereng Merapi Krisis Air

Sejak Medio Ramadan, Lereng Merapi Krisis Air Pekerja memasang selang air untuk mengisi bak penampungan air milik warga di lereng Gunung Merapi, Desa Cluntang, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jateng, Rabu (12/6). (Foto: Antara Foto/Aloysius Jarot Nugroho)

BOYOLALI - Warga lereng Gunung Merapi di Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah (Jateng), krisis air bersih. Sejak pertengahan bulan Ramadan.

"Warga Sruni, terutama di daerah rawan kekeringan, mulai bersiap diri menghadapi kemarau saat ini. Sesuai pengalaman peristiwa kekeringan tahun sebelumnya, puncak musim kemarau akan terjadi Agustus mendatang," ujar Ketua RW 05 Desa Sruni, Hadi Sutarno, Rabu (12/6).

Baca juga:
Kemarau, 360 Desa di Jateng Terancam Kekeringan
Sejumlah Daerah Akan Kemarau 7 Bulan
Warga Wonogiri Tempuh Belasan Kilo demi Air Bersih

Mobil-mobil tangki hilir mudik ke Desa Sruni sejak kekeringan terjadi. Mendistribusikan air. Harga per tangki ratusan ribu.

"Satu tangki isi 5.000 liter. Mencapai Rp110 ribu per tangki. Jika jaraknya agak jauh, bisa mencapai Rp120 ribu per tangki," ucap dia.

Satu tangki, dilaporkan Antara, bisa memenuhi kebutuhan satu keluarga sepekan hingga 10 hari. Air disimpan dalam bak penampungan.

Seorang warga Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Darmaji (40), mengaku, telah membeli tiga tangki air bersih sejak puasa hingga kini. "Krisis air bersih sudah sering. Terjadi setiap tahun," ungkapnya.

Warga mesti menempuk perjalanan berkilo-kilo. Apabila tak memilik uang untuk membeli air. Mereka pergi ke mata air. Pilihan ini ditempuh, lantaran bantuan sumur dan pengeboran di tempat titik tak membuahkan hasil.

Berdasarkan data kecamatan, 15 dari 20 desa di Musuk rawan kekeringan kala kemarau. Seperti Desa Sruni, Mriyan, Sangup, Lanjaran, Karangkendel, Keposong, Pager Jurang, Cluntang, Karanganyar, Musur, Jenowo, Grigan Lampar, dan Sukorejo. Namun, belum ada warga yang mengajukan permohonan bantuan air bersih.