Sebar Nomor Aduan, Pemprov Jateng Dorong Korban Pelecehan Seksual Berani Lapor

Sebar Nomor Aduan, Pemprov Jateng Dorong Korban Pelecehan Seksual Berani Lapor Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat menghadiri konferensi pers kasus pelecehan seksual yang dilakukan salah satu pengasuh Pondok Pesantren di Kabupaten Batang. Sumber foto: beritabatangkab.go.id

Batang, Pos Jateng – Para pelajar di Jawa Tengah didorong untuk berani melaporkan kasus pelecehan seksual melalui nomor aduan yang telah disebar oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov). Hal ini menyusul adanya kasus pelecehan seksual di salah satu Pondok Pesantren (Ponpes) di Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, yang melibatkan 17 siswa sebagai korban.

“Tidak hanya itu, saya akan sebarkan nomor telepon pengaduan pada setiap sekolahan baik itu milik pemerintah atau swasta agar para anak-anak kita bisa mengadu langsung. Tidak usah takut dengan ancaman-ancaman yang diberikan pelaku laporkan saja pasti kami urus,” kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, seperti dikutip dari beritabatangkab.go.id, Selasa (11/4).

Ganjar menekankan pentingnya edukasi soal reproduksi atau pencegahan perbuatan asusila dari guru, teman, dan orang luar. Menurutnya, pelaku pelecehan justru biasanya datang dari orang terdekat.

“Karena banyaknya korban di bawah umur seperti kasus kali ini ada 17 korban itu semuanya perempuan di bawah umur. Kejadian ini sangat miris sekali terjadi kasihan mental para anak-anak perempuan yang menjadi korban. Untuk itu, saya meminta orang tua atau orang terdekat mendampingi korban dan saat dimintai keterangan harus berani berbicara jika menemukan kasus seperti itu,” ujarnya.

Ganjar menambahkan, pihaknya akan menerjunkan tim untuk melakukan evaluasi terhadap Ponpes Bandar. Hasil evaluasi nantinya akan menjadi pertimbangan untuk menutup ponpes tersebut atau tidak.

Sementara itu, Kapolda Jawa Tengah, Ahmad Luthfi mengatakan, 8 dari 17 korban telah divisum dan hasilnya ada robek di area alat vital. Pihaknya masih akan terus mengembangkan kasus lantaran terdapat dugaan alumni ponpes juga menjadi korban.

“Kami akan melakukan tindakan trauma healing supaya bisa recoveri mental dan kejiawaannya, karena korban ini kebanyakan anak di bawah umur, masa depan mereka masih panjang jadi harus mendorong mereka bisa pulih untuk melanjutkan hidupnya,” ujar Ahmad.