Pemkab Pemalang Kembangkan Inovasi Pembuatan Pupuk dan Pengendalian Hama

Pemkab Pemalang Kembangkan Inovasi Pembuatan Pupuk dan Pengendalian Hama Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang, Wahadi saat melakukan dialog interaktif di LPPL Radio Swara Widuri. Sumber foto: pemalangkab.go.id

Pemalang, Pos Jateng - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pemalang mengembangkan dua inovasi dalam meningkatkan produktivitas komoditas pertanian. Kedua inovasi tersebut, yaitu pengembangan pupuk organik cair (POC) melalui pemanfaatan limbah pertanian dan inovasi pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) menggunakan drone sprayer dan pestisida hayati.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang, Wahadi mengatakan, dalam inovasi pengembangan POC melalui pemanfaatan limbah pertanian atau disebut dengan "Poniras Minta Lahan", pihaknya akan memanfaatkan tempe, nasi basi serta kulit nanas untuk diproses dengan cara fermentasi. Penggunaan limbah kulit nanas, merupakan bagian dari solusi mengatasi permasalahan pengolahan limbah kulit nanas, terutama di Desa Belik, Kecamatan Belik

"Pupuk ini diaplikasikan pada tanaman padi, sayuran, buah dan tanaman hias. POC dikemas dalam botol volume 1.000 ml berwarna kuning bening dengan bau seperti tape atau alkohol,” kata Wahadi saat melakukan dialog interaktif di LPPL Radio Swara Widuri, Rabu (11/5).

Menurut Wahadi, pengembangan POC sudah dilakukan di 14 kecamatan. Adapun penggunaan POC untuk tanaman padi sudah dilakukan sejak 2017, lalu pada 2019 mulai dicoba untuk tanaman tomat dan nanas.  Dengan adanya POC ini diharapkan dapat membantu memperbaiki struktur tanah serta merangsang pertumbuhan tanaman dan buah.

“POC yang dikembangkan sudah memiliki hak cipta dan sudah melalui uji laboratorium. Saat ini sedang dalam proses pengajuan hak paten,” ujarnya.

Sementara itu, terkait inovasi pengendalian OPT menggunakan drone sprayer dan pestisida hayati atau disebut dengan "Ponakane Raden Hayat", Wahadi menyebut, inovasi ini memungkinkan penyemprotan pestisida hayati melalui drone yang diterbangkan di area persawahan. Menurutnya, penggunaan drone ini sangat efisien baik dari segi tenaga kerja maupun waktu.

“Jadi, drone ini sangat mempermudah kerja petani. Harapan kami nanti, idealnya satu BPP (balai penyuluhan pertanian) itu ada satu unit drone untuk pengendalian OPT ini," sebutnya.

Wahadi berharap, inovasi pengendalian OPT menggunakan drone sprayer dan pestisida hayati dapat menjadi sarana penunjang kegiatan usaha tani secara modern dan menjaga Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Selain itu, inovasi ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap penggunaan pestisida anorganik dan dampak yang ditimbulkan oleh residu penggunaan.

“Inovasi ini harapannya dapat membantu mengembangkan pestisida hayati dan meningkatkan kesejahteraan kelompok tani," katanya.

Lebih lanjut, Wahadi menjelaskan, untuk menerapkan inovasi tersebut, saat ini masih dalam proses penyiapan berupa pelatihan penggunaan drone sprayer dan sosialisasi pestisida hayati di kecamatan-kecamatan. Harapannya, pada Juni hingga Oktober sudah dapat diimplementasikan di lapangan, sehingga November sudah bisa diketahui hasil produktivitas pertanian dengan penggunaan drone untuk pengendalian OPT.