Kuliah Umum, Ganjar Singgung 'Cebong' dan 'Kampret'

Kuliah Umum, Ganjar Singgung 'Cebong' dan 'Kampret' Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo (tengah), saat kuliah umum di UMK, Kabupaten Kudus, Jateng, Jumat (7/12). (Foto: UMK)

Kudus - Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo, meminta mahasiswa Universitas Muria Kudus (UMK) tak berdebat dengan "cebong" dan kampret". Soalnya, masalah yang diperdebatkan tak berkualitas.

"Kita tidak perlu debat perkara cebong-kampret, atau menguras energi berdebat persoalan dianiayai atau operasi plastik," ujarnya sela kuliah umum "Merajut Kebhinekaan Jawa Tengah" di UMK Kabupaten Kudus, Jumat (7/12).

Cebong dan kampret merupakan sebutan yang disematkan kepada masing-masing pendukung kandidat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Anak kodok untuk pendukung Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin dan kelelawar kecil bagi simpatisan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Menurut Ganjar, mahasiswa sepantasnya berpikir memajukan Indonesia, bukan terlena dengan arus media sosial (medsos) yang kian tak sehat. Padahal, perdebatan politik lumrah terjadi dan tidak perlu dipertentangkan dan lebih-lebihkan.

Dia mengingatkan, menjaga kebhinekaan, memang menjadi tugas semua pihak, termasuk mahasiswa. Bila keberagaman terus, negara akan hancur. Suriah, misalnya.

Berdasarkan pengalaman Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen yang pernah belajar di Suriah, ungkapnya, masyarakat di sana sangat beragam dan damai.

Namun, kini porak pranda karena kebhinekaan hancur. "Adanya fitnah antarsaudara, membuat negara hancur. Tentunya, di dukung intervensi dari luar," jelas politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini.

Agar nasib Indonesia tak seperti Suriah, kata Ganjar, masyarakat harus menjaga kebhinekaan. Mahasiswa pun diminta meningkatkan kemampuannya, agar bermanfaat bagi diri sendiri dan bangsa.