Ketersediaan Air Irigasi di Bantul Kritis

Ketersediaan Air Irigasi di Bantul Kritis Warga mencari ikan di saluran irigasi yang mengering dan dipenuhi sampah plastik di Desa Menawan, Kabupaten Demak, Jateng, Sabtu (6/7). (Foto: Antara Foto/Yusuf Nugroho)

BANTUL - Ketersediaan air untuk irigasi pertanian di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kritis. Lantaran tak turun hujan sejak Maret 2019.

Untuk itu, Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (PUPKP) Bantul mengimbau petani tak menanam padi. Diperkenankan selama ketersediaan air mencukupi.

"Kalau air kurang, jangan nanam padi. Karena berisiko kering di tengah jalan," ucap Kabid Sumber Daya Air Dinas PUPKP Bantul, Yitno, Rabu (2/10).

Baca juga:
BMKG: 80 Persen Wilayah DIY Berstatus Awas Kekeringan
BPBD Bantul Berlakukan Status Siaga Darurat Kekeringan
Lima Kecamatan Bantul Rawan Kekeringan

Yang mengalami kekeringan tersebar di beberapa wilayah. Seperti di Dukuh Sono, Kecamatan Kretek. Di sana takada jaringan irigasi. Sumber air, Sungai Opak, pun jauh.

"Bisa diambilkan dari Sungai Opak pakai pompa, tetapi tidak mencukupi. Karena sampai di areal sawah, sudah habis. Apalagi, ada seluas 170 hektare," tuturnya.

Dalam kondisi normal, mengutip Antara, kecukupan air irigasi di Bantul mencapai 81,12 persen. Susut signifikan kala kemarau.

"Makanya. saya tidak berani memutuskan kalau musim tanam ketiga ini pakai tanaman padi. Tidak berani menganjurkan," kata dia.

Kendati begitu, Yitno mengungkapkan, beberapa petani masih menanam padi. Semacam di wilayah Sewon. Mengingat suplai air dari Sungai Winongo masih mencukupi.

Sungai Cipanas di Desa Pegagan, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Jabar, yang menjadi sumber irigasi lahan pertanian tampak mengering, Senin (15/7). (Foto: Antara Foto/Dedhez Anggara)