Desa Lemahireng Boyolali Butuh Talut Bronjong

Desa Lemahireng Boyolali Butuh Talut Bronjong Ilustrasi talut bronjong di daerah aliran sungai (DAS). (Foto: Pemkab Gunungkidul)

Boyolali - Desa Lemahireng, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah (Jateng), butuh talut bronjong tiga kilometer. Guna mengantisipasi longsor. Seperti yang menimpa di Dusun Kedungaron, awal April 2019.

"Proposal sudah kami kirimkan ke pemkab," ujar Kepala Desa Lemahireng, Agus Sunaryo, baru-baru ini. Talut guna menutup seluruh daerah aliran sungai (DAS). Proposal hanya mencantumkan 300 meter.

Desa Lemahireng berada di utara aliran anak Sungai Serang yang melintasi Boyolali utara. Panjangnya mencapai 30 kilometer.

Beberapa dusun berada di dekat anak Sungai Serang. Dusun Tegalsari, Kedungsolo, Kedungaron, dan Beran. Sebanyak 40 persen dari 7.000-an penduduk bermukim di kawasan DAS dan rawan bencana longsor.

Talut bronjong yang diusulkan lebar tiga meter dan tinggi 1,5 meter dari permukaan air. Nantinya, menukil solopos.com, juga akan melintasi Dusun Kedungaron.

Baru ada 300 meter talut bronjong di Desa Lemahireng. Dibangun sejak dua tahun silam. "Masih banyak potensi bencana alam," ucap dia.

Agus menerangkan, pembuatan talut bronjong diusulkan dalam lokakarya dusun setempat. Sayangnya, dana desa tidak mampu mengkaver kebutuhan itu.

Lemahireng menerima dana desa sekitar Rp700 juta pada 2019. Rencananya untuk membangun infrastruktur fisik lain. Jalan perkampungan dan rehabilitasi rumah tidak layak huni (RTLH).

Koordinator Assesment Taruna Siaga Bencana (Tagana) Boyolali, Moh. Irawan, menambahkan, pembangunan talut mendesak. Tanah di DAS mudah bergeser dan retak. Berpotensi menimbulkan longsor susulan.