Siswa PAUD dan TK di Salatiga Dapat Fasilitas Literasi Dini

Siswa PAUD dan TK di Salatiga Dapat Fasilitas Literasi Dini Kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat untuk Kesejahteraan. Sumber Foto: jatengprov.go.id

Kota Salatiga, Pos Jateng - Pemerintah Kota Salatiga terus berupaya meningkatkan budaya literasi masyarakat, melalui pendampingan mulai dari tingkatan dasar prasekolah, baik PAUD maupun TK melalui Literasi Dini Salatiga (Sinisa). Pj Wali Kota Salatiga, Sinoeng Noegroho mengatakan pihaknya juga akan memfasilitasi kemudahan literasi yang bersifat inklusif.

“Saya akan terus memfasilitasi dan mendorong kemudahan yang sifatnya inklusif, dan tidak lagi eksklusif. Sehingga, semua pihak bisa mengakses untuk itu. Mungkin belum sempurna, tetapi keberpihakan dan itikad baik itu menjadi kunci, supaya konsep negara hadir bisa terbukti dan terwujud,” ujarnya saat menghadiri Kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat untuk Kesejahteraan, Senin (3/7) dikutip dari jatengprov.go.id.

Sinoeng menjelaskan Pemkot Salatiga akan membentuk kegiatan literasi sebagai kebiasaan masyarakat, apalagi menurutnya membaca menjadi jendela dunia. Sehingga, apabila masyarakat telah terbiasa membaca sedari tingkat dasar prasekolah, maka diharapkan tidak ada sekat didalam masyarakat untuk mendapatkan literasi yang mumpuni.

“Kegiatan ini sebagai pemicu dan juga pemacu tentang upaya kita, untuk menjadikan literasi sebuah perilaku. Bukan lagi sebuah kebutuhan, tapi perilaku. Bisa melekat dan bisa menjadi habit, yakni membaca menjadi jendela dunia. Oleh karena itu membaca tidak mutlak menjadi eksklusif, namun menjadi inklusif, artinya tidak ada sekat, kemudahan bagi siapa pun termasuk penyandang disabilitas,” pungkasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando mengatakan kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat untuk Kesejahteraan merupakan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pihaknya menghadirkan bahan bacaan baik cetak maupun digital.

“Makanya, kita selalu dampingkan dengan pameran dari transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Penyandang difabel saja bisa membuat kopi, melukis, mengukir, dan mempunyai keterampilan. Hal ini menjadi dorongan untuk kita ke depannya,” katanya.