Petani Cabai Gunungkidul Raup Untung kala Kemarau

Petani Cabai Gunungkidul Raup Untung kala Kemarau Anggota KWT Sri Rejeki di Desa Rejosari, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul, DIY, tengah memanen cabai kala musim kemarau. (Foto: Dok. Ditjen Hortikultura Kementan)

GUNUNGKIDUL - Petani cabai di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), meraup untung besar meski tengah kemarau. Ini tak lepas dari bantuan Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan).

Hal tersebut seperti yang dirasakan Kelompok Wanita Tani (KWT) Mayang Sari. Mereka membudidayakan tanaman cabai di Desa Ngawu, Kecamatan Playen.

"Harganya bagus. Rp25 ribu per kilogram. Sangat menguntungkan. Lah, wong kalau saya hitung biaya pokok produksinya, jatuhnya cuma Rp5 ribu per kilogram," kata Anggota KWT Mayang Sari, Sum.

Kendati kemarau, tanaman tumbuh subur. Takada serangan penyakit. Dia mampu memetik 100 kilogram dari setiap seperlima hektare lahan.

Sementara, Kabid Hortikultura Dinas Pertanian (Distan) Gunung Kidul, Budi Sudartanto, menerangkan, usaha tani tetap jalan saat kemarau. Lantaran mengandalkan air dari sumur bor.

"Dengan adanya bantuan dari Ditjen Hortikultura Kementan, beberapa petani bahkan berani berinisiatif membuat sumur bor sendiri di lahan. Agar hasil panennya lebih optimal," ujarnya.

Ditjen Hortikultura mengalokasikan bantuan seluas 20 hektare di Gunungkidul pada 2019. Seluruhnya untuk pengembangan kawasan cabai.

"Semuanya sudah terealisasi, bahkan sudah ada yang panen," tutup dia via keterangan tertulis yang diterima. Rerata produktivitas sekitar 15-18 ton per hektare.