Pembangunan Masjid dan Ponpes di Sragen Tuai Polemik

Pembangunan Masjid dan Ponpes di Sragen Tuai Polemik Ilustrasi. (Foto: Pixabay)

SRAGEN - Pembangunan masjid dan pondok pesantren di Dukuh Goketen, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah (Jateng), menuai polemik. Karena menggunakan limbah batu bara.

Limbah telah ditimbun di lahan seluas 2.300 hektare. Juga ditutup tanah cadas. Sebagian lain berada di dalam karung.

Warga setempat, Yanto (37), menerangkan, pembangunan sarana ibadah dan pendidikan keagamaan itu direncanakan sejak dua tahun silam. Sedangkan proses pengurukan dimulai pada 2018.

"Kalau diuruk pakai tanah cadas, biayanya bisa membengkak hingga Rp80 juta. Tapi kalau diuruk dengan limbah batu bara, itu biayanya jauh lebih murah. Karena tidak sampai 50 persen," ucapnya.

Pendanaan berasal dari urunan masyarakat sebesar Rp500 juta. Digunakan untuk membeli lahan.

Lantaran dana terbatas, masyarakat berembuk. Namun, tak mencapai mufakat. Mayoritas diklaim mendukung pemakaian limbah batu bara. Sebagian lain menolaknya. Dengan alasan khawatir air sumur tercemar.

"Dari 45 KK (kepala keluarga) di RT 018, ada sekitar empat orang yang tidak setuju. Dari 26 KK di RT 019, semuanya setuju. Dari 42 KK di RT 020, yang tidak setuju hanya delapan orang. Dari 38 KK di RT 21, yang tidak setuju ada sembilan orang," tuturnya.

"Karena berdasar voting lebih banyak yang setuju, keputusannya: Pembangunan masjid dan ponpes tetap dilanjutkan," lanjut dia.

Akibat pro-kontra tersebut, dana bantuan Rp1,5 miliar dari Timur Tengah batal cair. Masalah ini pun seminggu terakhir ramai dibicarakan di media sosial.

Sementara, Camat Masaran, Agus Winarno, meminta seluruh pihak menahan diri. Pangkalnya, dia telah meminta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) melakukan kajian.

"Apalagi, dalam waktu dekat ada pilkades. Semua pihak harus bisa menjaga kondusivitas," pungkasnya, melansir Solopos.