Pangkal Tingginya Angka Bunuh Diri di Gunungkidul

Pangkal Tingginya Angka Bunuh Diri di Gunungkidul Ilustrasi. (Foto: Pixabay)

GUNUNGKIDUL - Kasus bunuh diri masih kerap terjadi di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), hingga kini. Mencapai 24 kejadian sepanjang 2019.

Diduga karena faktor ekonomi dan konflik keluarga. "Ada juga di antara mereka yang terjerat utang. Dari sejumlah bank keliling," ucap pengamat sosial Universitas Pasundan (Unpas), Tugiman.

Dia menerangkan, himpitan dan kesulitan hidup mendorong seseorang depresi. Karena tekanan berkepanjangan, memicu pelaku memilih mengakhiri hidup.

"Dari depresi itulah kemudian muncul halusinasi. Ini terjadi di tengah kekosongan daya nalar. Akibatnya, muncullah mitos pulung gantung," tuturnya.

Berdasarkan catatannya, sekitar 25-30 warga Gunungkidul mengakhiri hidup dengan gantung diri setiap tahunnya. Sebanyak 31 persen pelaku berusia 45-60 tahun. Dan 44 persen lainnya di atas 60 tahun.

"Para pelaku gantung diri termasuk dalam katagori generasi tua atau nonproduktif. Meskipun ada pergeseran ke usia produktif," ujarnya.

Tugiman pun mendorong adanya edukasi mengikis mitos pulung gantung. Bisa dengan pendekatan agama, budaya, dan kearifan lokal.

Diharapkan pula peningkatan dan pemerataan ekonomi. Juga penciptaan lapangan kerja. "Guna peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mengikis angka kemiskinan," tambahnya, mencuplik Sindonews.

Menurutnya, perlu pula kebijakan pemerintah memutus lintah darat. Selain membudayakan keterbukaan dalam lingkungan keluarga serta kepedulian dan kewaspadaan masyarakat terhadap lingkungannya.