Budi daya cabai dengan pola tanam tumpang sari oleh Poktan Cempaka II di Desa Drawati, Kabupaten Bandung, Jabar. (Foto: Kementan)

Tumpang Sari, Antisipasi Gejolak Harga Cabai

Tumpang Sari, Antisipasi Gejolak Harga Cabai

Tanaman cabai sangat riskan terhadap perubahan cuaca

BANDUNG - Petani cabai dianjurkan melakukan penanaman dengan pola tumpang sari. Guna mengantisipasi gejolak harga.

Upaya tersebut seperti yang dilakukan Kelompok Tani (Poktan) Cempaka II. Di Desa Drawati, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (Jabar).

Para petani di sana, menanam cabai dan komoditas lain pada waktu bersamaan. Dalam satu hamparan.

"Kami telah lama membiasakan tanam cabai dengan pola tumpang sari. Baik itu dengan tomat, bawang, buncis, jagung. Apa sajalah yang bisa," kata Ketua Poktan Cempaka II, Uu Jumara.

"Agar dalam satu lahan, kami dapat untung ganda. Selain itu, juga buat jaga-jaga. Mana kala harga cabai jatuh atau produksinya turun," tambahnya.

Dia menerangkan, tanaman cabai rentan terhadap perubahan cuaca. Pada kemarau, misalnya. Suhu tinggi pada siang hari. Waktu malam sebaliknya. Sangat dingin.

"Suka ada embun yang terperangkap di sela-sela daun hingga membeku. Kalau tidak segera disemprot, bikin daunnya mengkeret," ucapnya.

Karenanya, produksi menyusut saat kemarau. Hanya menghasilkan dua ton per hari. Biasanya mencapai 20 ton setiap hari.

Sementara, Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Bandung mencatat, terdapat delapan kecamatan sentra cabai di wilayahnya. Kecamatan Paseh, Pangalengan, Cimau, Cikancung, Rancabali, Ibun, Pacet, Cimenyan, Rancaekek, dan Nagreg.

Luas lahan cabai rawit sekitar 300 hektare di beberapa kecamatan. Sedangkan cabai besar mencapai 330 hektare.

"Musim kemarau ini, memang ada kecamatan tidak tanam. Karena kekurangan air," ujar Kasi Sayuran dan Tanaman Obat Distan Kabupaten Bandung, Felly Fitriyani.

Komentar