Realisasi Program Bekerja Temui Kendala

Realisasi Program Bekerja Temui Kendala Direktur Buah dan Florikultura Ditjen Hortikultura Kementan, Liferdi Lukman (tengah), memberikan sambutan saat Bimtek Program Bekerja Hortikultura 2019 di Kabupaten Lombok Barat, NTB, Jumat (27/9). (Foto: Dok. Ditjen Hortikultura Kementan)

DEPOK - Kementerian Pertanian (Kementan) mengalami kendala dalam melaksanakan Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (Bekerja). Masalahnya beragam.

Direktur Buah dan Florikultura Ditjen Hortikultura Kementan, Liferdi Lukman, menyatakan, tantangan yang dihadapi setiap daerah beragam. Seperti saat akan menanam benih buah dan sayur.

"Yang kita berikan adalah benih durian dan sayur. Untuk tanam, butuh kondisi alam yang mendukung. Di antaranya, waktu yang tepat. Kalau tidak tersedia irigasi, harus hujan," ucapnya di Kota Depok, Jawa Barat, Jumat (11/10).

Kendala itu, menurutnya, segera teratasi. Sebab, musim hujan diprakirakan turun pada Oktober-November 2019. Sehingga, tanaman bisa secepatnya dibudidayakan.

Administrasi. Masalah lain yang dihadapi. Namun, telah diberikan arahan oleh Inspektorat I Kementan. Harapannya, kegiatan juga tertib administratif, selain sukses di lapangan.

Seluruh kendala dan solusi dibahas dalam Rapat Evaluasi Program Bekerja Berbasis Hortikultura 2019 diadakan di Depok, Kamis-Sabtu (10-12/10). Mengundang sebanyak 13 satuan kerja (satker) se-Indonesia.

Kendati demikian, Liferdi menerangkan, Program Bekerja telah terlaksana 100 persen di sejumlah daerah sasaran. "Ini kita apresiasi," kata mantan Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jabar itu.

Sedangkan yang belum rampung, satker terkait telah menyatakan kesanggupannya untuk menyelesaikan program hingga tuntas. "Itu sesuai dengan komitmen dan ditandatangani semua satker di Indonesia," ujarnya.

Teken SPK
Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah (Jateng), menjadi salah satu lokasi sasaran Program Bekerja yang belum melakukan kegiatan di lapangan. Mereka baru menandatangani surat perintah kerja (SPK).

"Setelah selesai (SPK), distribusi (bantuan) ke lokasi," terang Kabid Hortikultura Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jateng, Awignam Astu, selaku perwakilan Grobogan.

Dirinya memastikan, kegiatan fisik bakal rampung tahun ini. Meski ada beberapa kendala. Seperti wilayah distribusi cukup luas. Mencapai 13.454 rumah tangga miskin pertanian (RTMP) di lima kecamatan. Sehingga, membutuhkan ekstrawaktu dan tenaga lebih.

Ditjen Hortikultura menyalurkan beragam bantuan di Grobogan. Mencakup 4.637 benih durian bawor, 3.980 benih durian montong, 4.837 benih duriang musang king, dan 336.350 kilogram pupuk organik.

Berikutnya 4.701 pak benih jagung manis eksotik dan 8.653 pak jagung manis talenta, 9.402 pak benih kangkung, 20.064 pak benih kangkung, serta 6.195 pak benih bayam. Juga 269.080 kilogram pupuk organik.

Di sisi lain, Awignam berpandangan, Program Bekerja akan optimal dalam memerangi kemiskinan. Pangkalnya, manfaat yang diberikan berkesinambungan. Baik jangka pendek, menengah, dan panjang.

"Sekarang satu kepala keluarga dengan tanaman sehari kurang lebih dapat penghasilan Rp5.000. Sebulan berarti Rp150 ribu," tuturnya mencontohkan keuntungan jangka pendek yang akan didapatkan sasaran kegiatan.