Butuh Kerja Bersama Bangun Perkebunan Indonesia

Butuh Kerja Bersama Bangun Perkebunan Indonesia Kasdi Subagyono, Sekjen Kementerian Pertanian saat membuka talkshow peluang dan tantangan sektor pertanian dalam menghadapi perubahan iklim dan krisis pangan dunia, Kamis (22/12/2022). Foto istimewa

Kementerian Pertanian khususnya Ditjen Perkebunan gelar Perkebunan Indonesia Expo, mendapatkan apresiasi luar biasa, dibalik capaian keberhasilan ini, menjadikan suatu potensi besar baik domestik maupun eksor baik industri farmasi, penghimpunan sumber tenaga kerja yang bisa bekerja di sub sektor perkebunan, maupun peningkatan kesejahteraan petani salah satunya dari perkebunan.

Saat ini kelapa sawit masih menjadi unggulan nomor 1, karet nomor 2, kayu manis nomor 1. Kakao dan kopi masih harus ditingkatkan. Perlunya ditingkatkan bagaimana mengkonkritkan terobosan-terobosan program dan merealisasikannya, berkiprah berkontribusi lagi kedepannya," ujar Kasdi Subagyono, Sekjen Kementerian Pertanian saat membuka talkshow peluang dan tantangan sektor pertanian dalam menghadapi perubahan iklim dan krisis pangan dunia, Kamis (22/12).

Kasdi menambahkan, ada 3 permasalahan utama yang dihadapi dari kondisi saat ini. Pertama, pandemi covid masih memberikan dampak yang cukup signifikan, Kedua, perubahan iklim yang semakin ekstrim hingga mempengaruhi kondisi tanam tanaman, diperlukan elaborasi supaya tergambarkan ketika kita menghadapi cuaca ektrim yang tidak biasa, harus menyiapkan langkah strategis. Ketiga, geopolitik yang berdampak pada krisis pangan. Kedepan, pentingnya keseimbangan, baik itu ketersediaan bahan baku maupun harga. 

Kasdi menjelaskan, Kementerian Pertanian tentunya tak tinggal diam, melakukan berbagai upaya, salah satunya 3 strategi untuk menangani tantangan tersebut, diantaranya, Pertama, Peningkatan kapasitas produksi dikaitkan dengan upaya yang bisa mengendalikan atau menekan inflasi, mengurangi impor kedelai gula tebu daging sapi bawang putih jagung. Contoh pabrik gula yang berbasis tebu dijumlahkan dan dipenuhi konsistensinya, maka tidak perlu menambah pabrik baru. Menganalisis kesesuaian kebutuhan pabrik agar tepat guna. Kedua, Substitusi impor, gandum (ubi kayu, sorgum, sagu), gula tebu (gula nontebu stevia, lontar, aren), daging sapi (daging kambing/domba, itik/ayam lokal), dan peningkatan ekspor. Hal yang perlu diperhatikan untuk mengakselerasi gandum supaya tidak ada lagi impor lagi yaitu dengan sagu. Harus diatur dengan baik dengan mempertimbangkan segala aspek. Dan Ketiga, peningkatan ekspor melalui sarang burung walet, porang, ayam telur.

"Tentu dalam pengimplementasian program tidak mudah, komoditasnya harus fokus, strategi pembangunan pertanian mendukung ketahanan pangan dan peningkatan daya saing berkelanjutan diantaranya Peningkatan kapasitas produksi itu suatu keharusan, Diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, pengembangan pertanian modern dan gerakan tiga kali ekspor (gratieks)," ujarnya.

Kasdi menekankan, insan perkebunan harus concern, dan pemanfaatan ekspor diperluas. Salah satu instrumen penting adalah bisnis matching, dengan adanya bisnis matching maka terwujudnya penandatanganan kontrak, jadi tidak hanya sebatas pameran saja. Program tidak harus banyak, fokuskan beberapa komoditas, perhatikan prospektif kedepannya, dan dapat memberikan nilai tambah bagi petani.

"Kegiatan perkebunan Indonesia expo (Bunex) ini bagus sekali, bisa mencakup semuanya tidak hanya minyak goreng saja tapi kegiatan atau produk perkebunan lainnya. Target 1 triliun dalam bisnis matching itu luar biasa, semoga kedepannya dapat berjalan lancar dan sesuai target," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alam Syah, menyampaikan, Perlunya kolaborasi, di era baru perkebunan Indonesia yang sudah berlangsung ini, yang kita gelorakan saat ini yaitu kolaborasi. Kita pun diinternal pertanian, harus satu program satu tujuan, dikolaborasikan, menyatukan tekad, bahwa dalam memajukan perkebunan tidak bisa sendirian harus bersama, identifikasi program. Diselenggarakannya Perkebunan Indonesia Expo ini adalah jawabannya, bagaimana kita fokus, responsif dan kolaboratif. Tantangan kita bekerja keras, bagaimana mengajak komponen bangsa untuk membangun perkebunan bersama, memberikan kontribusi membangun perkebunan. Potensi yang kita kolaborasikan. Makna dari kegiatan Perkebunan Indonesia Expo ini untuk memperlebar relasi, bertukar informasi, sumber daya dan memperkuat kolaborasi bersama. Momentum Ditjen Perkebunan untuk menyatukan itu. Berikan pilihan pada rakyat dan tidak memaksakan akan menanam apa karena waktu tanam mempengaruhi pendapatan mereka. Kerja bersama, berkolaborasi. Karpet merah untuk investasi perkebunan. Inti dari perkebunan bioindustri ini yaitu mengkolaborasikan dan mengintegrasikan seluruh aspek pertanian menyatu bersama membangun perkebunan.

Direktur Pakan, Ditjen Peternakan, Sapta menyampaikan, Untuk kolaborasi antara Ditjen Perkebunan dengan Ditjen Peternakan, menyampaikan, untuk pengembangan sapi kita membutuhkan lahan yang luas, seperti perkebunan sawit, maka kami integrasikan dengan sapi atau kambing - sawit. Bisa juga sebagai menambah pendapatan.

Sekretaris Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Hermanto menyampaikan untuk Ditjen PSP menekankan pada infrastruktur, bioindustri pasti membutuhkan sarana dan prasarana, baik untuk produksi dalam rangka meningkatkan produktivitas, pupuk, pembiayaan melalui KUR, dan lainnya.