Bangun Asrama, Kemendes Manjakan Siswa-Guru Daerah Tertinggal

Bangun Asrama, Kemendes Manjakan Siswa-Guru Daerah Tertinggal Salah satu asrama siswa yang dibangun Ditjen PDT Kemendes PDTT di daerah tertinggal. (Foto: Dok. Ditjen PDT Kemendes PDTT)

JAKARTA - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) membangun asrama siswa dan rumah guru. Agar akses menuju sarana pendidikan kian mudah. Dus, proses belajar-mengajar pun kian optimal.

Program tersebut telah dikerjakan Direktorat Jenderal (Ditjen) DPT dalam dua tahun terakhir. Pada 2018, dibangun asrama seluas 720 meter persegi, rumah guru 360 meter persegi, dan lapangan olahraga 1.050 meter persegi.

Bantuan tersebut diberikan ke 10 daerah tertinggal. Kabupaten Kapuas Hulu, Nias Barat, Merauke, Sambas, Sarmi, Kepulauan Sula, Pasaman Barat, Lombok Timur, Buru, dan Belu.

Sedangkan tahun ini, terang Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Ditjen PDT, Priyono, bantuan telah dan akan diberikan kepada empat daerah. Kabupaten Sarmi, Maluku Tenggara Barat, Halmahaera Selatan, dan Mappi.

"Ini sifatnya untuk stimulan dengan diberikan bantuan untuk mengurangi putus sekolah. Bantuan pembangunan asrama siswa dan guru dalam rangka memfasilitasi kemudahan siswa. Untuk bisa melakukan kegiatan belajar yang baik," ujarnya di Jakarta, beberapa waktu lalu.

"Apalagi, ada kecenderungan kalau tinggal bersama orang tua, mereka tidak akan melanjutkan sekolah. Karena alasan letak sekolahnya yang jauh dan kondisi ekonomi keluarga. Selain itu, dalam upaya mendukung kemandirian siswa," imbuh dia.

Kendala turut dialami tenaga pengajar. Dicontohkannya dengan kejadian di Lombok Timur. Seorang guru mesti menempuh jarak 40 kilometer untuk ke sekolah. Jika terus begitu, dikhawatirkan mereka pengabdiannya takkan bertahan lama.

Priyono melanjutkan, program tersebut juga bertujuan meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM). Yang disusun dari tiga dimensi dasar: umur panjang dan hidup sehat berdasarkan angka harapan hidup, pengetahuan merujuk rerata lama sekolah, serta standar hidup laik yang dilihat dari jumlah penduduk miskin.