Proyek Mangkrak, Warga Tanam Jagung di Tengah Jalan

Proyek Mangkrak, Warga Tanam Jagung di Tengah Jalan Tanaman jagung berdiri tegak di bekas lubang proyek bekas galian pekerja proyek rehab drainase di Jalan Babakan, Kota Yogyakarta, DIY, Kamis (31/10). (Foto: Twitter/@fajarjun)

YOGYAKARTA - Warga Kampung Batikan, Kelurahan Tahunan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, menanam jagung di Jalan Babaran. Lantaran proyek rehabilitasi saluran air hujan mangkrak.

"Dikatakan bentuk protes, ya, memang bentuk protes," kata penanam jagung di Jalan Babaran, Barmadi (62). Jagung ditanam di lubang bekas galian pekerja proyek rehab drainase. Liang menganga sejak Agustus 2019.

Proyek sementara berhenti. Seiring terbongkarnya kasus dugaan suap proyek oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Melibatkan oknum Kejaksaan Negeri (Kejari) Yogyakarta dan Surakarta.

Baca juga:
KPK Gelar OTT di Kota Yogyakarta
Dua Jaksa Jadi Tersangka Suap Proyek Kota Yogyakarta

Dia mengungkapkan, debu-debut beterbangan di sekitar lubang tersebut. Mengganggu kesehatan cucu-cucunya.

Sebelum ditanami jagung pada awal September, Barmadi terlebih dulu meminta izin. Gayung bersambut. pengurus dan warga Kampung Batikan mendukung rencananya.

"Oh, mendukung. Sekampung itu mendukung saya. Ada yang di sini kalau sore. Sebelum hujan menyirami (tanaman) dan sebagainya. Andil semua warga kampung Batikan itu," tuturnya.

Melalui aksi tersebut, dirinya berharap, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta segera merampungkan proyek. "Itu permintaan warga semua. Mosok terkatung-katung terus?" ucapnya.

Bisnis Buntung
Pernyataan Barmadi diamini warga Kampung Batikan lainnya, Priyono (36). Lantaran mangkraknya proyek berimbas negatif terhadap usaha kulinernya.

"Awal sebelum ada (proyek) ini, bisa (menjual) 15 ekor ayam (per hari). Paling sekarang 6-7 ekor," ujar pedagang soto dan bakmi itu.

Tempat usahanya berada di utara titik proyek. Persis di depan warungnya, lubang menganga cukup besar. Sehingga, akses menuju kiosnya menjadi sulit.

"Harapan saya, semoga proyek ini segera dikerjain saja. Takutnya kalau longsor, malah jadi (semakin parah)," ungkap Kelik, sapaannya.

Nestapa serupa dirasakan Barmadi. Dagangan di toko kelontongnya beberapa bulan terakhir sepi pembeli. "Saya jualan bensin. Kalau sekarang, saya enggak kulakan. Lah, enggak laku. Gimana?" tanya dia.

"Dulu jualan rokok, sabun. Ya, semuanya. Karena ini terus begini (akses buruk), enggak laku. Padahal, dulu ramai. Sekarang hampir enggak ada pembeli," tutupnya, menukil detikcom.