PDAM Solo Merugi gegara Hidran

PDAM Solo Merugi gegara Hidran Ilustrasi. (Foto: Pixabay)

Surakarta - Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Toya Wening merugi, karena hidran di Kota Surakarta, Jawa Tengah (Jateng). Kebocoran air, salah satunya. Meski taksignifikan. Di bawah satu persen.

"Sementara, kebocoran kami berdasarkan laporan, berkisar 44 persen. Namun, tetap saja angka itu dianggap nonrevenue water (NRW)," ujar Direktur Teknik Perusahaan Umum Daerah Air Minum Surakarta, Tri Atmojo, Jumat (19/4).

Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Surakarta mencatat, terdapat 103 unit hidran. Terdiri dari dua jenis: 46 hidran tanam dan 57 hidran pilar.

Baca: Sebanyak 48 Hidran Surakarta Rusak

Status kepemilikan hidran pun takjelas. Dus, pemanfaatan airnya masuk kategori kebocoran. Juga belum dilengkapi meteran. Dengan begitu, langsung terkoneksi dengan jaringan pipa di bawahnya.

Karenanya, perusahaan pelat merah ini meminta pemerintah kota (pemkot) menata ulang status hidran. Sehingga, manajemen pengelolaan piranti vital pengendali kebakaran tersebut bisa maksimal.

"Pemeliharaan hidran menjadi tanggung jawab kami. Sebab, ini berhubungan dengan penyediaan air. Sayangnya, beberapa hidran mudah dibuka oknum yang tidak bertanggung jawab," ucap dia.

Sementara, Kepala Damkar Surakarta, Gatot Sutanto, menyatakan, pemkot mulai berkoordinasi ihwal pemeliharaan hidran. Melibatkan manajemen Toya Wening.

"Kami mulai menggandeng PDAM, karena yang memahami teknis jaringan pipa, adalah instansi itu. Pemetaan ulang titik hidran juga sedang dilakukan," tutupnya.