Pakar Harap Tol Semarang-Demak Tak Perparah Abrasi di Tempat Lain

Pakar Harap Tol Semarang-Demak Tak Perparah Abrasi di Tempat Lain Foto udara pasak konstruksi Hybrid Engineering (struktur perangkap sedimen ramah lingkungan) yang berfungsi untuk meningkatkan ketahanan lingkungan pesisir dari abrasi membentang di Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Demak, Jawa Tengah, Senin (27/1/2020). (Foto&keterangan: Antara).

SEMARANG - Pakar lingkungan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Wijanto Hadipuro, berpendapat pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak yang juga akan berfungsi sebagai tanggul laut tersebut, jangan sampai memperparah abrasi di kawasan lain di pesisir Jawa Tengah.

"Jangan sampai tol dan tanggul laut Semarang-Demak ini memperparah abrasi di tempat lain," kata peneliti yang turut bagian dalam Konsorsium Ground Up, yang meneliti tentang tata kelola air di Kota Semarang itu, Minggu (2/2).

Menurutnya, pembangunan di kawasan utara Semarang di masa lalu telah mengubah arus laut dan menyebabkan abrasi di beberapa tempat.

Selain ancaman abrasi, menurut Wijanto, "disaster capitalism" juga mengancam pesisir Jawa Tengah ini.

Ia menjelaskan kondisi di mana terjadinya bencana, akibat proyek-proyek pembangunan tersebut telah terjadi Jakarta.

"Bencana yang diakibatkan oleh berbagai proyek pembangunan dan dicoba diatasi dengan proyek pembangunan yang lain," imbuhnya.

Ia menegaskan, pengelolaan lingkungan yang buruk menjadi peluang bagi munculnya kesempatan, untuk mengakumulasi kapital bagi sekelompok orang.

Sementara juru bicara Konsorsium Ground Up, Amalinda Savirani, mengatakan penelitian tentang tata kelola air di Kota Semarang ini dilakukan secara bertahap hingga 2022.

Pada tahap awal yang dilakukan di sepanjang 2019, katanya, diperoleh hasil tentang ekstraksi air tanah yang sangat ekstrem di Ibu Kota Jawa Tengah itu. (Ant).