Kasus Stunting di Batang Capai 25 Persen

Kasus <i>Stunting</i> di Batang Capai 25 Persen Anggota Ikatan Konselor Laktasi Klaten mengukur postur tinggi bocah dan menyosialisasikan pemberian gizi bayi untuk mencegah kegagalan tumbuh kembang saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Kabupaten Klaten, Jateng, 22 April 2018. (Foto: Antara Foto/Maulana Surya)

BATANG - Kasus kekerdilan (stunting) di Kabupaten Batang, Jawa Tengah (Jateng), tergolong tinggi. Kemudian angka kematian ibu hamil dan melahirkan.

"Stunting masih 25 persen. Jadi, harus kerja keras," ucap Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Batang, Hidayah Basbeth, Selasa (12/11).

Kendati begitu, angka kematian ibu mengalami penurunan. Tahun lalu mencapai 20 kasus. Hingga Oktober 2019, susut menjadi 11 orang.

Dia berharap, pemanfaatan dana desa tak sekadar untuk infrastruktur. Namun, turut menunjang kesehatan masyarakat.

"Tapi, juga dialokasikan (untuk) pembuatan jamban, pembuatan poli klinik desa, dan pemberian makanan tambahan balita dan ibu hamil. Untuk membantu menurunkan angka stunting dan kematian ibu," tuturnya.

Sementara, Wakil Bupati Batang, Suyono, mendorong Dinkes memiliki sumber daya manusia (SDM) unggul. Agar tercapai kesejahteraan. Melalui edukasi dan sosialisasi pola hidup sehat.

"Stunting terus kita tekan dan bukan hal yang mudah. Harus ada kepedulian dan sinergi dari semua stakeholder," katanya.

Meski demikian, dirinya mengapresiasi kinerja Dinkes dalam memberikan pelayanan. Baik di rumah sakit maupun di puskesmas.

"Saya selalu turun ke puskesmas dan rumah sakit. Untuk melihat secara langsung pelayanan dan opini masyarakat tentang kepusan layanan publik. Jadi, jangan sampai masyarakat tidak terlayani," tutupnya, menyitir Tribun Jateng.