Kasus DBD dan Leptospirosis di Sleman Tinggi

Kasus DBD dan Leptospirosis di Sleman Tinggi Ilustrasi. (Foto: Ist)

SLEMAN - Terjadi 692 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), hingga medio November 2019. Seorang penderita meninggal dunia.

"Semula, tidak menduga akibat demam berdarah. Karena bulan Juli masih musim kemarau," ucap Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman, Joko Hastaryo, Kamis (28/11).

"Setelah dikaji, hal itu mungkin terjadi karena warga menampung air untuk persediaan dan lupa menutup. Sehingga, dijadikan tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti," imbuhnya.

Kasus leptospirosis juga tergolong tinggi. Mencapai 28 kejadian. Bahkan, merenggut nyawa dua pasien.

Penyakit ini tersebar di barat Sleman. Seperti Kecamatan Minggir dan Moyudan. Belakangan ditemukan di timur. Kecamatan Berbah dan Prambanan.

Dia menerangkan, leptospirosis disebabkan bakteri Leptospira interrogans. Penanganannya bisa dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).

"Obat leptospirosis hanya antibiotik lini generasi pertama. Dan sudah tersedia di fasilitas kesehatan. Seperti puskesmas, praktik dokter, dan klinik," tuturnya.

Guna mengantisipasi korban jiwa berikutnya, FKTP diminta melakukan tes cepat bagi pasien yang mengalami gejala leptospirosis. Di antaranya: Demam, mata dan urine berwarna kuning, serta nyeri di bagian betis.

"Alat uji cepat leptoteks tersedia di puskesmas. Kalau memang dinyatakan positif, tidak usah ditunda. Langsung rujuk ke rumah sakit," tutup Joko, menyitir Suara Merdeka.