Baznas Jateng Akan Bangun Sekolah

Baznas Jateng Akan Bangun Sekolah Ketua Baznas Jateng, KH Akhmad Daroji (kanan), berbincang dengan Gubernur Ganjar Pranowo sela Rakor Baznas Jateng di Wisma Perdamaian, Kota Semarang, Rabu (26/12). (Foto: Twitter/@infokom_jtg)

Semarang - Badan Amil Zakat Nasional Jawa Tengah (Baznas Jateng) berencana mendirikan sekolah 2019. Dana yang dipakai, menggunakan zakat yang dihimpun dari aparatur sipil negara (ASN) setempat.

"Insya Allah, kami akan mendirikan SMK industri dan perdagangan. Mencetak calon pengusaha. Harapannya, mampu menjadi salah satu pintu membangkitkan perekonomian di Jawa Tengah," ujar Ketua Baznas Jateng, KH Akhmad Daroji, baru-baru ini.

Hal tersebut dilakukan untuk mendukung program pemerintah provinsi (pemprov) yang fokus pada pengembangan sumber daya manusia (SDM).

Sebagai informasi, ASN di lingkup Pemprov Jateng mengumpulkan dan zakat sebesar Rp31,7 miliar pada 2018. Detailnya, zakat ASN dan organisasi perangkat derah (OPD) Rp30,75 miliar, perusahaan pelat merah Rp546.499.125, instansi vertikal Rp379.014.947, serta zakat perorangan Rp79.739.513.

"Alhamdulillah, peruntukannya banyak hal, dari pendidikan, pengentasan kemiskinan, hingga penanggulangan kebencanaan, sesuai syarat distribusi dan tasaruf zakat," jelasnya.

Adapun pemanfaatannya, untuk 18 rumah tidak layak huni (rutilahu) Rp180 juta, 75 penyuluh agama Rp75 juta, serta 1.063 guru Taman Pendidikan Quran (TPQ) Rp1,063 miliar dan guru madrasah Rp926 juta.

Kemudian, tenaga kesehatan Rp624,2 juta, bantuan bencana Rp600,37 juta, bantuan modal Rp401,24 juta, 62 pondok pesantren (ponpes) Rp2,8 miliar, 62 masjid Rp1,455 miliar, serta untuk 83 madrasah dan TPA Rp1,262 miliar.

Potong Gaji
Sementara itu, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, menantang anak buahnya untuk memotong gaji minimal 2,5 persen untuk zakat. "Setuju tidak, gaji Anda langsung dipotong masuk rekening untuk bayar zakat?" tanya dia.

Sedangkan bagi ASN yang merasa gajinya tak memenuhi kebutuhan sehari-hari, diperkenankan bersaksi kepada pengelola zakat. "Nanti kita zakati," seloroh politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini.

Menurutnya, orang membayar zakat bergantung pada pandangannya. "Kalau melihatnya uangnya kurang berapa, wah, berarti pelit," ketusnya.

"Mestinya, yang dilihat adalah sisanya berapa. Insya Allah, rezeki dan berkah. Saya haqqul yakin, bayar zakat ki ora gawe melarat," tandas Ganjar.