Angka 'Stunting' Gunungkidul Masih Tinggi, Ada 6 Ribu Kasus

Angka 'Stunting' Gunungkidul Masih Tinggi, Ada 6 Ribu Kasus Ilustrasi balita stunting (Flickr.com)

GUNUNGKIDUL-Angka stunting (balita gagal tumbuh) di wilayah Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), masih tinggi yakni sekitar 6.200 kasus atau sekitar 18,47 persen.

"Dulu upaya yang dilakukan Dinkes Gunungkidul dalam pencegahan dan penurunan stunting, yakni upaya spesifik dan upaya sensitif," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul, Dewi Irawati di Gunungkidul, Sabtu (28/09)

Menekan angka stunting tersebut, Dinkes Gunungkidul melakukan pemberian makanan tambahan (PMT) pada ibu hamill yang mengalami kekurangan energi kronis (KEK), pemberian tablet tambah darah bagi ibu hamil dan remaja putri, dan kampanye ASI eksklusif.

Upaya lainnya adalah sanitasi total berbasis masyarakat, pendidikan melalui PAUD dan BKB, edukasi kesehatan remaja melalui sekolah, pencegahan pernikahan usia dini, keluarga berencana, pendidikan gizi masyarakat, pemberdayaan masyarakat di tingkat desa dan advokasi di tingkat kecamatan tentang stunting.

"Stunting merupakan indikator yang menunjukan kekurangan gizi kronis pada balita, terutama pada masa 1.000 hari kehidupannya (dihitung dari masa janin dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun)," terangnya.

Persoalan stunting, sambung dia, bukan sebatas tinggi tubuh yang kurang, namun berdampak buruk lainnya seperti tergangunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan metabolisme tubuh. Bahkan, bisa berdampak jangka panjang yaitu penderita stunting dapat mengalami penurunan kognitif sehingga berpengaruh pada prestasi belajar.

Penyebab stunting multifaktor, bisa jadi internal atau faktor dalam diri balita dan faktor eksternal untuk itu dalam penanganannya membutuhkan berbagai langkah.

"Kami akan berkoordinasi dengan OPD yang akan menangani masalah ini. Penanangan stunting harus menjadi perhatian semua pihak," tutupnya. (Ant)