Pemerintah cukupi kebutuhan oksigen RS

Pemerintah cukupi kebutuhan oksigen RS Ilustrasi. Freepik

Pemerintah berupaya memenuhi kebutuhan oksigen bagi pasien Covid-19 yang dirawat di fasilitas kesehatan (faskes). Industri gas diharapkan bisa mendukung dengan mengalokasikan sebanyak 50% produksinya untuk layanan kesehatan. 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Ditjen P2P Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, jumlah pasien positif Covid-19 saat ini naik 6-8 kali lipat. Kebutuhan oksigen pun melonjak menjadi 3.000-4000 ton per hari dari mulanya 60 ton, 2.200 ton di antaranya untuk kebutuhan Pulau Jawa.

"Pemerintah sekarang (berupaya) mencukupi kebutuhan oksigen yang fasilitas pelayanan kesehatan butuhkan karena ini tentu upaya untuk melakukan pengobatan pasien-pasien Covid-19," katanya kepada wartawan, Selasa (6/7).

Untuk memenuhi tingginya kebutuhan, perlu konversi atau meningkatkan produksi oksigen. Nadia yakin, kebutuhan medis terpenuhi apabila sebagian produksi gas untuk industri dialihkan ke faskes.

"Kami minta pengusaha industri gas agar mengonversi yang tadinya untuk gas oksigen medis itu hanya 20 sampai 30%, sekarang dialokasikan sebanyak 50% untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang melonjak. Itu akan kita fokuskan dulu untuk memenuhi kebutuhan pasien di rumah sakit," tuturnya.

Pemerintah juga terus berkoordinasi dengan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau PGN untuk pemenuhan kebutuhan oksigen. "Ada satgas untuk industri gas nasional dengan penyedia gas swasta, kami juga koordinasi," tambahnya.

Di sisi lain, Nadia meminta pasien Covid-19 segera mengakses rumah sakit (RS) jika memiliki keluhan sesak nafas sehingga bisa mendapatkan oksigen. "Kondisi sesak sudah tidak boleh dirawat di rumah."

Dia juga meminta masyarakat jangan panik dalam membeli oksigen karena belum tentu membutuhkan. Justru hal itu bakal membuat harga menjadi naik dan menyulitkan orang-orang yang membutuhkan.

"Kalau masyarakat menyimpan tabung oksigen padahal tidak butuh berarti akan terjadi kelangkaan dan otomatis meningkatkan harga. Akibatnya, orang yang benar-benar membutuhkan tidak mendapatkan," tandasnya.