Muhammadiyah: Selamat untuk Jokowi dan Prabowo

Muhammadiyah:  Selamat untuk Jokowi dan Prabowo Dok. Calon Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto (Foto: Antara)

YOGYAKARTA - Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan ucapan selamat kepada pasangan Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga, pascaputusan MK terkait sengketa Pilpres 2019.

"Diucapkan selamat kepada pasangan Jokowi-Ma'ruf atas terpilihnya sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI 2019-2024 dengan amanat yang sangat berat. Selamat pula kepada Prabowo-Sandi yang menunjukkan sikap legowo sebagai contoh keteladanan politik bangsa," kata Haedar melalui keterangan tertulisnya, Jumat (28/6).

Menurut Haedar, keputusan MK telah menjadi rujukan konstitusional bagi para pihak yang bersengketa dalam pemilu pilpres dan bagi segenap komponen bangsa.

Dia juga memuji kubu Prabowo-Sandi yang dengan jiwa besar menghormati keputusan MK. Sikap dianggap menunjukkan kedewasaan dan kenegarawanan politik sebagai modal berharga dalam kehidupan kebangsaan.

Menurut Haedar, tugas dan tantangan bersama Bangsa Indonesia saat ini dan ke depan sangatlah berat di berbagai bidang kehidupan yang memerlukan tekad dan kesungguhan politik yang tinggi bagi pemegang mandat rakyat lebih dari kemenangan itu sendiri.

"Indonesia juga memerlukan kebersamaan dari seluruh kekuatan nasional. Karenanya politik partisan 01 dan 02 sudah berakhir serta tidak perlu diperpanjang dalam isu dan kepentingan apapun, yang ada adalah satu keluarga besar Indonesia," kata Haedar.

Haedar juga menegaskan bahwa presiden dan wakil presiden adalah milik semua dan bukan untuk satu golongan pemilih dan pendukungnya saja, sehingga harus mengayomi dan menjadi pemimpin seluruh rakyat Indonesia.

"Rekonsiliasi politik dan kultural menjadi keniscayaan dari suruh pihak secara autentik dan sungguh, bukan sebagai retorika publik," kata Haedar.

Haedar mengajak seluruh rakyat dan kekuatan bangsa untuk melangkah bersama meraih masa depan Indonesia berkemajuan untuk menyelesaikan masalah-masalah besar bangsa guna mewujudkan cita-cita nasional yang kian berat dan penuh tantangan.

"Tidak perlu eforia dalam kemenangan karena masalah dan tantangan Indonesia sangatlah berat dan kompleks. Jauhi pula keterbelahan bangsa akibat sikap politik yang negatif dan ekses dari pemilu. Jangan sampai Indonesia terkavling-kavling dalam primordialisme dan pengkutuban politik, agama, dan golongan yang menyebabkan lemahnya persatuan Indonesia," katanya.

Indonesia, kata dia, harus merajut kebersamaan dan persatuan guna meraih kemajuan dan kejayaan bagi seluruh rakyat.

"Mereka yang kuat secara politik dan ekonomi serta berbagai aspek kehidupan wajib berbagi, peduli dan menunjukkan tanggungjawab kebangsaannya dalam membangun dan memajukan Indonesia, jangan egois dan serakah," katanya. (Ant)