KPAI: Faktor Ekonomi Sebabkan Pecandu Pembalut Rebus Muncul

KPAI: Faktor Ekonomi Sebabkan Pecandu Pembalut Rebus Muncul Ilustrasi. (Foto: pixabay.com)

Jakarta - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Sitti Hikmawatty, menilai, faktor ekonomi menjadi penyebab remaja merebus pembalut sebagai pengganti sabu.

"Karena tidak mampu membeli, karena tidak punya biaya. Sementara, sudah kecanduan. Maka, mereka berupaya mencari tahu dengan bantuan informasi internet," ujarnya dalam siaran pers, Kamis (8/11).

Dia menerangkan, kasus penyalagunaan paracetamol, caffeine, dan carisoprodo (PCC) ditemukan sejak 2017. Kala itu, remaja mencari alternatif zat yang membuat mereka "terbang (fly)", tenang, ataupun gembira.

"Awalnya didapatkan secara coba-coba atau eksperimen. Jadi, kalau kita mengenal beberapa golongan psikotropika di luar narkoba, maka beberapa zat temuan para remaja ini, termasuk kelompok eksperimen psikotropika," urai Sitti.

Tetapi, KPAI belum bisa memprediksi jumlah pecandunya. Alasannya, berkaitan erat dengan jumlah anak dan "kreativitasnya" meramu bahan-bahan di dipasaran.

"KPAI terus berkoordinasi dengan banyak pihak, agar fenomena ini bisa ditangani. Namun, tetap saja garda terdepan ada di dalam keluarga dan lingkungan terdekat di mana anak tinggal," tutup Sitti.