Jokowi Sebut 2-3 Tahun Lagi Akan Ada Mobil Listrik di Indonesia

Jokowi Sebut 2-3 Tahun Lagi Akan Ada Mobil Listrik di Indonesia Presiden RI, Joko Widodo. Foto: tangkapan layar YouTube Sekretariat Presiden

Jakarta, Pos Jateng – Presiden RI, Joko Widodo, optimis mobil listrik dapat diproduksi di dalam negeri. Hal ini seiring dengan berkembangnya industry nikel sebagai bahan bakar utama baterai mobil listrik.

Jokowi meminta ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah dihentikan dan mendorong investor atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendirikan industri pengolahan dalam negeri.

"Kita setop ekspor bahan mentah dan kita paksa, entah BUMN, entah swasta kita atau investor, untuk mendirikan industrinya di dalam negeri," ujar Jokowi, Rabu (13/10).

Saat ini juga sudah beberapa pabrikan dari Jepang, Korea Selatan, hingga Eropa memasarkan mobil listrik di Indonesia. Jadi pastinya pada 2 atau 3 tahun mendatang mobil listrik buatan Indonesia akan bermunculan.

"Dan nanti Bapak, Ibu bisa lihat dua atau tiga tahun lagi yang namanya mobil listrik akan mulai bermunculan dari negara kita," ucapnya.

Jokowi menjelaskan, berkembangnya produksi mobil listrik di dalam negeri merupakan bukti hilirisasi hasil tambang yang dilakukan. Indonesia memiliki cukup banyak cadangan nikel yang menjadi bahan baku baterai mobil listrik.

Selain itu pemerintah juga berupaya mengintegrasikan Krakatau Steel sebagai BUMN penghasil baja dengan para produsen baterai lithium sebagai industri turunan nikel, serta industri otomotif.

"Yang bisa memproduksi lembaran-lembaran tipis untuk bodi mobil. Dulu hanya untuk sasisnya sekarang sudah bisa untuk bodi mobil. Baru saya resmikan bulan lalu," ungkap Jokowi.

Jokowi menuturkan, dalam jangka panjang Indonesia harus menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi. Proses itu mengombinasikan pemanfaatan kekayaan alam dan teknologi yang melestarikan.

Prinsip ekonomi berkelanjutan tersebut, kata Jokowi, harus benar-benar dipertahankan.

"Kita pegang teguh yaitu melalui green economy dan blue economy. Semua komoditas yang ada harus kita dorong hilirisasinya," tutur dia.