Capai 845.000 Kasus, Tingkat Kematian TBC di Indonesia Tinggi

Capai 845.000 Kasus, Tingkat Kematian TBC di Indonesia Tinggi Ilustrasi paru-paru terkena TBC. Foto: unsplash.com

Jakarta, Pos Jateng - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menyayangkan isu tuberkulosis (TBC) tertutup persoalan pandemi Covid-19. Padahal, tingkat kematian akibat TBC sebenarnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan Covid-19.

“Apesnya, kasus TBC keluar yang tinggi hanya di India dan Indonesia, sedangkan negara-negara lain tidak. Kalau TBC bisa di-reset, keluarnya sesudah Covid-19 dan mendapatkan perhatian seperti Covid-19 mungkin bisa lebih cepat selesainya,” ucapnya dalam diskusi virtual, Kamis (9/9).

Budi menjelaskan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah memberikan pedoman strategi penanganan Covid-19, yaitu menerapkan protokol kesehatan (3M/mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker), 3T (testing, tracing, treatment), program vaksinasi, dan terapeutik.

Menurutnya, empat strategi penanganan Covid-19 tersebut dapat digunakan untuk kasus TBC. Infrastruktur kesehatan, tenaga kesehatan untuk 3T, hingga sistem pelaporan Covid-19 dapat pula digunakan untuk kasus TBC.

“Banyak platformnya, orang yang bekerja TBC ya TBC. Saya melihat tuh ada 115 aplikasi mesti diisi oleh orang puskesmas, karena direktur TBC memiliki aplikasi sendiri, direktur Covid-19 punya aplikasi sendiri, direktur darah tinggi punya, direktur stroke punya, akibatnya menjadi bingung,” tuturnya.

Ia berharap, penanganan semua jenis penyakit dapat terintegrasi dengan bertumpu pada perbaikan gizi pasien. Di sisi lain, 3T dalam penanganan TBC masih sangat rendah. Bahkan, kasus TBC yang terdeteksi setiap tahun jauh sekali dari target.

“TBC itu hanya dapat kami estimasi setiap tahun. Artinya, kita bedakan Covid-19 itu setiap hari datanya di sini, eror, ditutup-tutupin sedikit, tetapi kami tahu angkanya setiap hari. Tetapi kalau TBC, kami estimasi setiap tahun, itu sesuatu hal yang lucu sebenarnya,” pungkasnya.

Sementara itu, dilansir dari data Kemenkes, jumlah kematian akibat tuberkulosis (TBC) selama pengobatan mencapai 12.800 kasus pada 2020. Adapun jumlah kasus TBC biasa di Indonesia diprediksi sebanyak 845.000 kasus.

Selain itu, terdapat 24.000 kasus TBC resisten, yang terjadi karena pasien tidak konsisten menjalani pengobatan sebelum enam bulan.