Pasar Slumpring Bukukan Omzet Rp100 Juta pada Libur Nataru

Pasar Slumpring Bukukan Omzet Rp100 Juta pada Libur Nataru Tempat penukaran koin bambu Pasar Slumpring, Kabupaten Tegal, Jateng. (Foto: ilarizky.com)

Tegal - Desa Wisata Cempaka, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah (Jateng), mengantongi omzet penjualan hingga Rp100 juta pada musim libur Natal dan tahun baru (Nataru).

"Jadi total selama libur Natal dan Tahun Baru kemarin, desa wisata dapat omzet Rp100 juta," ujar Kepala Desa Cempaka sekaligus Penanggung jawab (Pj) Pasar Slumpring, Abdul Khayyi, Selasa (1/1).

Omzet berasal dari nilai transaksi di Pasar Slumpring pada 23 dan 30 Desember 2018. Objek wisata kuliner tradisional di lereng Gunung Slamet ini beroperasi tiap hari Minggu, pukul 07.00-12.00.

"Dihitung pas mulai liburan, yakni Minggu tanggal 23 dan 30 Desember 2018 kemarin, pengunjung yang datang mengalami peningkatan dibandingkan hari biasa," jelasnya.

Baca: Turis Asing di Tegal Melonjak Pesat pada 2018

Tanggal 23 Desember, Pasar Slumpring membukukan omzet sebesar Rp48 juta. Sedangkan 30 Desember, mencapai Rp52 juta. Sistem pembayarannya memakai koin bambu. Satu koin dapat ditukar dengan uang Rp2.500.

Untuk jumlah pengunjung, tercatat ada sekitar 5.000 ribu orang yang datang. Kata Abdul, mereka tak cuma masyarakat Kabupaten Tegal.

Di tangan pemerintah desa dan kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat, kebun bambu yang terdapat di pelosok Kabupaten Tegal itu kini diburu banyak wisatawan.

Beraneka macam kuliner tradisional digelar di Pasar Slumpring. Mulai nasi tiwul, serabi, cukit, cetot, kupat tahu, pecel, minuman bandrek, teh poci, wedang tape, bajigur, dan sebagainya.

Makanan dan minuman tradisional yang dijual merupakan hasil kreasi warga sekitar yang diberdayakan.

"Semua penjual dan pengelola desa wisata ini merupakan warga sekitar. Bersyukur, ini dapat mendongkrak perekonomian warga," ujar Khayyi.

Dalam rangka libur awal tahun, Pasar Slumpring beroperasi pada 1 Januari 2019. "Yang paling suka nasi jagung," ucap seorang wisatawan, Wawan Kurniawan (43).

"Di daerah saya, sudah jarang orang yang jualan (nasi jagung). Suasanya juga adem," imbuh warga Banyumas itu.

Menurut dia, pasar serupa juga ada di Kabupaten Temanggung, Jaten. Namun, dirinya memilih ke Kabupaten Tegal, karena lebih dekat.