Bolehkah Ibu Positif COVID-19 Memberikan ASI kepada Bayinya?

Bolehkah Ibu Positif COVID-19 Memberikan ASI kepada Bayinya? Ilustrasi ibu menyusui. Foto: Pixabay.com

ASI merupakan nutrisi utama untuk mendukung tumbuh kembang anak. Terlebih ASI juga meningkatkan daya tahan tubuh guna melindunginya dari berbagai penyakit, termasuk COVID-19.

Tapi bagaimana jika seorang ibu terjangkit COVID-19, boleh menyusui?

Kementerian Kesehatan (Kemkes) di twitter resminya @KemenkesRI menyebut ibu menyusui yang positif COVID-19 masih tetap boleh memberikan ASI untuk buah hatinya.

Namun, yang perlu diperhatikan adalah saat memberikan ASI, ibu harus tetap melakukan prokes ketat dan tidak mengalami gejala yang berat, jadi ibu masih bisa menyusui langsung.

Tak lupa, @KemenkesRI membagikan tips-tips bagi ibu-ibu yang positif COVID-19 untuk menyusui secara langsung, yakni selalu memakai masker saat menyusui, mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi, serta membersihkan dan mendisfeksi permukaan dan benda yang sering disentuh ibu dan bayi.

Namun, apabila seorang ibu merasa dirinya lemah dan tidak memiliki kekuatan untuk menyusui langsung, maka bayi dapat diberikan ASI Perah (ASIP) baik oleh ibu maupun anggota keluarga yang lain. Yang peru diperhatikan saat melakukan ASIP adalah pastikan kebersihan saat memerah ASI. Lalu, gunakan cangkir bermulut lebar untuk memberikna ASIP pada bayi. Selanjutnya, gunakan  wadah dengan tutup untuk menyimpan ASIP.

Perlu diperhatikan dari pemberian ASIP adalah kualitasnya. Pastikan ASIP tersimpan dengan baik dan benar agar tetap aman dan tidak rusak. Pastikan ASIP disimpan dalam lemari pendingin bawah dengan suhu 4-5 derajat agar ASI dapat bertahan 3-4 hari. ASIP juga dapat disimpan di dalam freezer dengan suhu -18 derajat agar ASIP bertahan hingga 4 bulan.

Sementara itu di sisi lain, persebaran COVID-19 di kalangan anak-anak cukup tinggi. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merilis hingga 5 Juli 2021, terdapat  140.877 kasus COVID-19 pada anak dengan konfirmasi meninggal hingga 556 anak.

Data IDAI menyebutkan, dari seluruh anak-anak yang meninggal 50% lebih adalah balita. Sebagian lahir saat pandemi COVID-19.

"Covid-19 ini testingnya tidak merata. Dan anak jarang ditesting. Kasus anak yang meninggal ini terjadi karena terlambat testing,” ujar ketua IDAI, Aman Bhakti Pulungan saat Rapat dengan Komisi IX DPR, Senin (5/7).

Diharapkan untuk semua orang tua yang mempunyai anak kecil maupun balita lebih aware untuk menjaga buah hatinya. Selalu pakaikan masker kepada anak saat berpegian. Perhatikan kebersihan diri dan lingkungan saat memberikan ASI kepada balita.