Tol Trans Jawa Beroperasi, Omzet Restoran Menyusut

Tol Trans Jawa Beroperasi, Omzet Restoran Menyusut Ilustrasi jalan tol. (Foto: PT JSN)

Batang - Omzet rumah makan di sepanjang jalur pantai utara (pantura) Kabupaten Batang, Jawa Tengah (Jateng), kini cuma mencapai Rp1,5 juta per hari atau turun 33-40 persen. Itu, terjadi pascaberoperasinya tol trans Jawa.

"Sebelumnya, omzet yang kami terima mampu mencapai Rp2,25 juta hingga Rp2,5 juta per hari. Kini hanya Rp1,5 juta," ujar pemilik rumah makan (RM) Buyung, Arif Munandar, baru-baru ini.

Kata dia, konsumen yang sekarang datang ke RM sebagian besar merupakan pengendara sepeda motor dan sopir truk. Mobil pribadi dan bus memilih melintasi jalur berbayar.

"Kondisi yang dihadapi pemilik rumah makan ini, bisa dikatakan kembang kempis. Kami hanya berharap, semoga bisa ramai lagi. Jika tidak ada perubahan signifikan, maka lebih baik tutup usaha," terangnya.

Sementara itu, Kepala Badan Pengelolaaan Keuangan, Pendapatan, dan Aset Daerah (BPKPAD) Batang, Bambang Supriyanto, menilai, turunnya pengunjung bakal memengaruhi realisasi pajak restoran.

"Namun, dengan dibukanya jalur tol trans Jawa, maka akan berimbas langsung pada penyerapan pajak dari sektor rumah makan atau restoran," sambungnya. Target pajak restoran pada 2019 sebesar Rp3 juta.

"Kami berharap target PAD (pendapatan asli daerah) 2019 bisa terlampaui, karena dibangunnya rest area berkonsep transit oriented development (TOD) yang berlokasi di tepi jalur jalan tol Batang-Semarang Kilometer 369," tandas Bambang. Target PAD Batang pada 2019 sebesar Rp74,517 miliar.