Pengembang Mulai Tergiur Program BP2BT

Pengembang Mulai Tergiur Program BP2BT Pembangunan rumah subsidi di kawasan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jabar, Jumat (5/10). (Foto: Antara Foto/Yulius Satria Wijaya)

SURAKARTA - Mulai banyak pengembang yang mengakses Program Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT). Lantaran akses sertifikat laik fungsi (SLF) dipermudah.

"Awalnya pengembang mengeluhkan BP2BT. Padahal, ini sebetulnya tidak susah, tetapi lebih karena ketat syaratnya," kata Kepala Bank Tabungan Negara (BTN) Cabang Surakarta, Deddy Armanto, Senin (16/12).

"Sekarang, sejumlah pemda (pemerintah daerah) mulai mempermudah pengembang untuk bisa memperoleh SLF. Di antaranya Kabupaten Boyolali dan Karanganyar. Karena potensi di sana masih cukup besar," imbuhnya.

Beberapa aturan mesti ditaati pengembang. Seperti kekuatan bangunan. Dinding rumah tak jebol, meski terkena tembakan. Kerangkan pun dilarang terlalu kecil.

Dia melanjutkan, sejumlah pengembang telah melakukan akad massal untuk kredit BP2BT via BTN Surakarta. Terdapat 201 unit rumah subsidi yang dibiayai.

Kendati begitu, Deddy mengaku, masih banyak calon konsumen lebih memilih Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Lantaran terdapat perbedaan.

"Kalau BP2BT, pemerintah memberikan bantuan tunai di awal kredit sebesar Rp40 juta kepada setiap masyarakat yang mau beli rumah. Jadi kalau harga Rp140 juta, uang muka Rp7 juta, menyisakan kredit Rp133 juta," tuturnya.

"Ini dapat bantuan dari negara Rp40 juta. Jadi, tinggal menyelesaikan kredit Rp93 juta," tambahnya.

Sedangkan FLPP, mengutip Antara, pemerintah memberikan subsidi setiap bulannya kepada masyarakat. Sehingga, besaran kredit tak terlalu besar.