Penanganan Banjir Sukoharjo Terkatung-katung

Penanganan Banjir Sukoharjo Terkatung-katung Tim gabungan mengevakuasi warga terdampak banjir menggunakan perahu karet di Desa Kadokan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jateng, 29 November 2017. (Foto: Polres Sukoharjo)

Sukoharjo - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo, Jawa Tengah (Jateng), tak maksimal dalam menangani banjir.  Kewenangan berada di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, tantangannya.

Wacanakan normalisasi Kali Langsur berkali-kali dilontarkan. Tak kunjung terwujud sampai kini. Bah selalu datang dan berulang saat musim hujan.

Pemkab juga terus mengajukan pembangunan talut permanen di Sungai Situri Desa Grogol, Kecamatan Weru. Malang. Tak jua terealisasi hingga kini.

"Kapan direalisasikan, sampai sekarang belum ada kejelasannya," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo, Sri Maryanto, beberapa waktu lalu.

Banjir tak cuma merendam permukiman penduduk. Puluhan hektare lahan pertanian di Desa Grogol turut terdampak. Berpotensi merusak tanaman padi. Berisiko puso.

Desa Dalangan, Kecamatan Tawangsari, merupakan salah satu titik yang kerap dilanda longsor. Belum tertangani dengan baik sampai kini. Warga sekitar waswas longsor memicu banjir bandang.

Pengajuan 16 pompa air belum juga berbalas. Pemkab sampai kini cuma memiliki empat unit. "Hanya mampu mengkaver penanganan bencana banjir di Grogol," ungkap dia.

BPBD Sukoharjo berencana menaruh masing-masing dua pompa air di ditempatkan Grogol dan Polokarto. Sisanya di Mojolaban. Perangkat berfungsi untuk memompa air yang menggenangi permukiman warga ke aliran sungai.

Swadaya Warga
Sementara, Camat Mojolaban, Iwan Setiyono, menyatakan, warga di daerah Laban terpaksa swadaya membangun rumah dan pompa air. Fasilitas mengurangi dampak banjir.

"Biasa banjir sampai setinggi satu meter. Dengan adanya mesin pompa itu, berkurang hanya setinggi 10 sentimeter," katanya, menukil solopos.com.

Terdapat ratusan rumah di Mojolaban berpotensi diterjang bah. Mencakup Desa Tegalmade, Plumbon, Gadingan, Palur, dan Laban. Seluruhnya berada di bantaran Sungai Bengawan Solo maupun aliran anak sungai.