Pembudi Daya Lele dan Udang Cilacap Meningkat

Pembudi Daya Lele dan Udang Cilacap Meningkat Gubernur Sulteng, Longki Djanggola (kedua kiri), memanen perdana udang vaname yang dibudidayakan menggunakan kolam skala kecil di Kota Palu, Sulteng, 15 Mei 2018. (Foto: Antara Foto/Mohamad Hamzah)

Cilacap - Jumlah pembudi daya lele dan udang di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah (Jateng), meningkat signifikan. Dipicu potensi pasar komoditas tersebut.

Dinas Perikanan (Diskan) Cilacap mencatat, produksi perikanan budi daya mencapai 13.384 ton pada 2018. Meningkat drastis dibanding tahun sebelumnya: 9.846 ton.

"Sektor perikanan budi daya, khususnya air tawar, lele paling banyak dibudidayakan masyarakat. Sedangkan untuk air payau, didominasi udang vaname," ujar Kepala Bidang Perikanan Budi Daya Diskan Cilacap, Indarto, Senin (29/4).

Produksi lele pada 2018 mencapai 2.972 ton. Sedangkan udang vaname sebesar 4.149 ton. "Untuk produksi selama triwulan pertama tahun 2019, masih dalam penghitungan," ucap dia.

Dirinya menerangkan, lele tergolong cepat dikembangkan dan produktivitasnya tergolong tinggi. Apalagi, teknologi bioflok mendukung intensifikasi produksi lele.

"Dengan luasan lahan yang sama, produksi lele bisa lebih tinggi. Bahkan, lele juga dapat dibudidayakan masyarakat di daerah permukiman yang padat," ungkapnya.

Harga udang vaname di tambak kini berkisar Rp70 ribu-Rp80 ribu per kilogram. Produktivitasnya 15 ton per hektare setiap musim.

"Satu musimnya selama tiga bulan. Sehingga, pembudi daya bisa tiga kali panen dalam setahun," katanya.

Udang vaname umumnya dibudidayakan warga Kecamatan Nusawungu dan Binangun. Total luas lahan sekitar 200 hektare.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cilacap membantu budi daya udang vaname di Binangun melalui Program Koridor Ekonomi Perdagangan Investasi dan Pariwisata (Keris Jateng). Eksekutif bersama Bank Indonesia (BI) menginventarisasi proyek-proyek yang akan dikomersialkan.