Masih PPKM Level 2, Pemkab Klaten Kembali Tiadakan Tradisi Grebeg Syawalan Tahun Ini

Masih PPKM Level 2, Pemkab Klaten Kembali Tiadakan Tradisi Grebeg Syawalan Tahun Ini Dokumentasi tradisi Grebeg Syawalan pada tahun 2019. Sumber: klatenkab.go.id

Klaten, Pos Jateng – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten memutuskan untuk kembali meniadakan tradisi Grebeg Syawalan yang biasanya digelar di Bukit Sidoguro, Rawa Jombor, mengingat Klaten masih masuk dalam PPKM level 2.

Kepala Dinas Kebudayaan Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Klaten, Sri Nugroho, berharap pihaknya bisa kembali menggelar tradisi tersebut pada tahun depan jika kondisi sudah aman. Terlebih karena tradisi ini bisa menggerakkan ekonomi masyarakat.

‘’Tahun ini, Pemkab Klaten belum secara resmi mengadakan tradisi Syawalan di Bukit Sidoguro Rawa Jombor, karena Klaten masih berada di PPKM level 2, semoga tahun dengan kondisi sudah lebih baik jadi bisa kembali digelar,’’ sebut Sri Nugroho dalam keterangannya yang dikutip pada Rabu (4/5).

Tradisi rutin yang dilaksanakan setiap tanggal 8 Syawal pada penanggalan Jawa ini, sudah 3 tahun absen dari ingar bingar Lebaran masyarakat Kabupaten Klaten. Biasanya, belasan ribu warga akan hadir di Bukit Sidoguro, baik itu warga sekitar Rawa Jombor, warga Klaten lainnya, maupun warga dari luar Klaten.

Selain meniadakan tradisi Syawalan, Pemkab Klaten juga memutuskan untuk meniadakan tradisi Maleman yang dimulai pada malam 21 Ramadan di GOR Gelarsena, Klaten utara. Tradisi ini mirip seperti pasar malam karena banyak pedagang yang akan menggelar lapak di lokasi.

Sri Nugoroho menyebut, tradisi Maleman urung diadakan karena masih ada sarana dan prasarana untuk persiapan isolasi terpusat di GOR Gelarsena.

‘’GOR Gelarsena yang sebelumnya digunakan untuk isolasi warga positif covid-19, saat ini masih ada sarpras untuk persiapan isolasi terpusat. Jadi belum bisa digunakan untuk menggelar maleman,’’ pungkasnya.