Kota Yogyakarta 'Dihantui' Banjir Bandang dan Luapan Sungai

Kota Yogyakarta 'Dihantui' Banjir Bandang dan Luapan Sungai Warga dan anggota TNI menahan tanggul pasir di Ledok Tukangan, Danurejan, Kota Yogyakarta, DIY, 3 Desember 2015, dari aliran Kali Code yang meluap akibat hujan lebat. (Foto: Tempo/Arif Wibowo)

Yogyakarta - Pakar Hidrologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Agus Maryono, menyatakan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), berpotensi terjadi banjir. Pun mengancam "membelah" kota.

"Banyak sungai-sungai bertebing, misalnya Sungai Code. Kalau tebingnya longsor, nutup sungai, maka ancaman banjir bandang akan terjadi," ujarnya di Kampus UGM, Kamis (24/1).

"Juga sungai-sungai yang lain yang ada potensi longsor. Sungai Winongo, juga ada yang potensi longsor tinggi," imbuh dia mengingatkan.

Pun ada potensi banjir akibat luapan air sungai dan anak sungai. Dia mencontohkan dengan kejadian pada 2018.

Untuk menanggulanginya, menurutnya, sistem drainase konvensional harus diubah. Yogyakarta langsung mengalirkan air ke sungai dan anak sungai. Sehingga, menyebabkan air meluap saat terjadi hujan lebat.

Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta turut disarankan memperbanyak embung, sumur resapan, dan tempat penampungan air. Aturan sempadan sungai juga harus segera diefektifkan.

"Sehingga, masyarakat mengambil jarak. (Pembangunan di sempadan sungai) harus disetop, status quo. Yang baru, izin, dan sebagainya, tidak boleh. Harus ada space," terangnya.

Merujuk aturan, ungkap Agus, jarak 10 meter dari bibir Kali Code steril bangunan. Faktanya, banyak bangunan berdiri di area sempadan.