Jateng Kekurangan 75 Alat Deteksi Tsunami

Jateng Kekurangan 75 Alat Deteksi Tsunami Alat deteksi tsunami, buoy, mengapung di tengah laut untuk mengukur tinggi gelombang. (Foto: BMKG)

Semarang - Jawa Tengah (Jateng) kekurangan alat pendeteksi dini (eraly warning system/EWS) bahaya tsunami. Dari kebutuhan ideal 144 buah, cuma 69 alat sirine yang terpasang di sepanjang garis pantai selatan.

"Alatnya dipasang mengapung di sejumlah titik yang dianggap rawan tsunami. Akan mengeluarkan bunyi, jika ada potensi tsunami," ujar Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, Sarwa Pramana, baru-baru ini.

Baca juga:
Empat Daerah di Jateng Rawan Tsunami
BPBD: Buoy di Pantai Selatan Jateng Rusak

Alat-alat yang terpasang, sambung dia, berada di beberapa daerah. Perinciannya, 47 unit di Kabupaten Cilacap, 12 unit di Purworejo, serta 10 unit di Kebumen. Belum ada satu alat pun di Wonogiri.

"Yang menyediakan pemerintah pusat. Seharusnya, di semua lokasi ada. Makanya, saat ini kami sedang mengajukan ke pemerintah pusat, agar di semua lokasi terpasang alat itu," bebernya.

Sekitar 609.464 penduduk di 23 kecamatan di Jateng terancam, bila tsunami datang. Mereka tinggal di garis pantai Jateng sepanjang 289,07 kilometer.

Kata Sarwa, tiap alat deteksi memiliki daya jangkau dua kilometer. Yang terpasang, menukil solopos.com, tak mencapai separuh dari total kebutuhan. "Cuma ada 49 persen," pungkasnya.