Gempa Dewa: Tanah Desa Wadas Menyejahterakan Warga

Gempa Dewa: Tanah Desa Wadas Menyejahterakan Warga Perwakilan warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jateng, didampingi tim LBH Yogyakarta menunjukkan hasil bumi dengan bercocok tanam di desanya di kantor LBH Yogyakarta, DIY, Kamis (14/2). (Foto: Instagram/@lbhyogyakarta)

Yogyakarta - Warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah (Jateng), menolak wilayahnya dikeruk dan bebatuan diambil untuk pembangunan talut Bendungan Bener. Sebab, tanahnya subur dan menyejahterakan penduduk setempat.

"Hasil pertanian berupa kebun durian, cengkeh, kelapa, vanili, dan lada, membuat kami bertahan. Tapi, mengapa justru mau dirusak untuk proyek pembangunan talut bendungan?" ujar perwakilan warga, Marsono, di kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, Kamis (14/2).

Baca juga:
Desa Wadas Purworejo Tolak Bendungan Bener
Lagi, Warga Wadas Demo Tolak 'Quarry' Bendungan Bener
Bendungan Bener Diklaim Tertinggi di Indonesia

Ada belasan petani Dewas Wadas yang menyambangi kantor LBH Yogyakarta. Mereka, yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (Gempa Dewa), datang dengan membawa aneka hasil panen.

Bendungan Bener merupakan proyek nasional yang dikerjakan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWS SO). Seluas 154 hektare lahan dalam sekitar 500 bidang tanah di Desa Wadas dijadikan lokasi material bendungan.

Sayangnya, lahan tersebut menjadi tempat warga mengais rezeki dengan bercocok tanam. Seakan menyindir langkah pemerintah, hasil bumi yang dibawa dimakan bersama di LBH Yogyakarta.

"Kami tetap menolak. Bahkan, ganti rugi juga kami tolak. Kami sudah protes ke gubernur Jawa Tengah dan bupati, tapi belum ditanggapi. Maka, kami meminta LBH mendampingi kami melawan kesewenang-wenangan," terang dia.

Yang kian "menyesakkan" warga Desa Wadas, ungkap Marsono, penduduk cuma diminta persetujuan untuk diambil lahannya. Tiada diskusi dua arah.

"Kami tidak akan menjual lahan kami. Kami harus melindungi alam sekitar kami dan kami akan gunakan untuk anak-cucu," tegasnya yang sehari-hari berprofesi sebagai petani.

Sementara, tim advokasi LBH Yogyakarta, Julian Prasetyo, mengatakan, pihaknya terus berkampanye menolak pengerukan lahan. Mereka merencanakan agenda akbar besaran dengan mengundang seluruh warga sipil sampai gubenur 

"Untuk acara pengajian akbar dan kenduri durian di Desa Wadas, 22 Februari mendatang," ungkapnya. Kegiatan itu diharapkan menyadarkan pemangku kebijakan, sehingga mengevaluasi pemakaian material Desa Wadas.