DKPP Klaten Klaim Delapan Hewan Ternak Sembuh dari PMK

 DKPP Klaten Klaim Delapan Hewan Ternak Sembuh dari PMK Aktivitas jual-beli hewan ternak di Pasar Hewan Prambanan. Foto: Diskominfo Klaten

Klaten, Pos Jateng – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten mengklaim sebanyak delapan hewan ternak dinyatakan sembuh dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Kepala DKPP Klaten, Widiyanti mengatakan, delapan ternak tersebut sudah termasuk enam kasus positif PMK awal yang ditemukan di Kecamatan Kemalang dan Kecamatan Karanganom.

"Jadi kami segera lakukan penanganan langsung begitu ada laporan. Penanganan ini tentu dengan pengobatan rutin. Untuk itu, kondisi ternak yang terpapar terus membaik," paparnya, Senin (30/5).

Widiyanti menambahkan, dokter hewan atau mantri melakukan pengawasan di setiap wilayah. Rata-rata hewan ternak terpapar PMK akan sembuh setelah tiga hingga empat kali kunjungan dokter atau mantri hewan tersebut.

“Setiap tiga hari sekali ada kunjungan untuk mengecek apakah ternak yang terpapar PMK sudah mulai pulih. Dalam kunjungan tersebut, ternak yang sakit sekaligus disuntik vitamin, obat-obatan, hingga antibiotik,” imbuhnya.

Untuk penambahan ternak suspek PMK, lanjut Widiyanti, terdapat tiga ekor. Penambahan kasus harian masih terus terjadi dengan jumlah berbeda-beda per harinya.

“Dengan penambahan suspek tersebut, secara kumulatif, tercatat ada 76 kasus suspek yang ditemukan sejak awal temuan kasus PMK di Klaten pada pertengahan Mei. Kemudian, sejauh ini juga tidak ada laporan ternak mati akibat PMK,” terangnya.

Untuk menekan penyebaran PMK, Pemkab Klaten juga menutup tujuh pasar hewan, yaitu Pasar Prambanan, Jatinom, Wedi, Cawas, Bayat, Plembon Klaten Utara dan Pedan. Penutupan dilakukan sejak 25 Mei hingga 7 Juni 2022.

"Pasar hewan ditutup sementara karena menjadi tempat paling berisiko terjadi penularan. Hampir semua kasus berawal dari ternak baru yang dibawa ke kandang. Ini sekarang sapi-sapi dihindarkan dulu dari penularan. Jadi, nanti waktunya membeli kurban akan lebih nyaman karena penularan sudah bisa dikendalikan,” pungkas Widiyanti.