BPBD Temanggung: 103 Desa Rawan Longsor

BPBD Temanggung: 103 Desa Rawan Longsor Ilustrasi longsor di Minahasa Selatan, Sulut, menutupi akses jalan trans Sulawesi di Desa Blongko, Kecamatan Sinonsayang, 11 Februari 2018. (Foto: BNPB)

Temanggung - Sebanyak 103 desa/kelurahan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah (Jateng), rawan terjadi longsor pada musim hujan. Kecamatan Kaloran paling berisiko, karena terdapat sembilan lokasi rawan.

Selanjutnya, berdasarkan hasil pemetaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Temanggung, delapan desa/kelurahan di Kecamatan Pringsurat. Kecamatan Jumo paling minim potensi longsor, karena hanya satu desa.

"Untuk Kecamatan Gemawang, memiliki tujuh desa dan Wonoboyo, delapan desa. Semuanya, merupakan daerah rawan longsor," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPBD Temanggung, Gito Wangadi, beberapa saat lalu. Temanggung terdiri dari 289 desa/kelurahan.

Desa-desa tersebut rawan longsor, lantaran kondisi geografis berupa perbukitan. Untuk mengantisipasi bencana, BPBD mendirikan posko di beberapa daerah rawan. "Masing-masing posko ada 10 personel. Mereka siaga 24 jam secara bergantian," jelasnya.

Posko Temanggung mengampu Kecamatan Temanggung, Tlogomulyo, Bulu, Tembarak, dan Kedu; Posko Parakan mencakup Kecamatan Ngadirejo, Parakan, Kledung, dan Bansari; Posko Candiroto area kerjanya Kecamatan Candiroto, Tretep, Bejen, dan Wonoboyo; serta Posko Kaloran mengampu Kecamatan Kaloran, Pringsurat, Kandangan, Gemawang, dan Kranggan.

Masyarakat pun diimbau selalu waspada terhadap potensi bencana, khususnya saat terjadi hujan deras dalam waktu lama disertai angin kencang. "Kalau memang kondisi mengkhawatirkan, segera mengungsi ke daerah yang lebih aman," saran Gito.

"Saya kira, masyarakat lebih paham, baik dengan ilmu titen atau ilmu tradisional. Kalau hujan lebat, mereka berteduh di tetangga yang lebih aman," tuntas dia.