Abrasi Landa Losari Brebes sejak 30 Tahun Lalu

Abrasi Landa Losari Brebes sejak 30 Tahun Lalu Perahu nelayan melintas di antara struktur konstruksi pasak hybrid engineering dan rumah yang rusak akibat abrasi di pesisir Sayung, Kabupaten Demak, Jateng, Kamis (7/11). (Foto: Antara Foto/Aji Styawan)

BREBES - Pembangunan bendungan Sungai Cisanggarung di perbatasan Jawa Barat (Jabar) dan Jawa Tengah (Jateng) diduga menjadi penyebab abrasi di Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes. Sehingga, ribuan hektare lahan tambak petani hilang.

"Sejak bendungan dibangun pada 1988, satu demi satu, lahan tambak terendam dan menjadi laut. Kalau dihitung, sudah hampir 30 tahun saya kehilangan lahan tambak," kata petambak asal Desa Limbangan, Mustofa.

Awalnya, dia memiliki delapan hektare tambak. Warisan turun-temurun dari keluarga. Seluruhnya terendam air pada 2000. Dus, takada lagi mata pencarian.

"Kami meminta pihak berwenang meninjau kembali tanah kami yang hilang. Gara-gara pembangunan drempel pada bendungan dan beberapa pintu air yang menutup sungai," tuturnya.

Insiden serupa dialami ratusan petambak lain di Desa Limbangan. Karenanya, banyak warga beralih profesi menjadi tenaga kerja indonesia (TKI). Demi menghidupi keluarga.

Petambak di Desa Karangdempel pun demikian. Mereka kehilangan pekerjaan utama lantaran abrasi dan rob.

"Setiap tahunnya, lahan tambak hilang. Karena itu, kami mohon perhatian dari pemerintah. Agar perekonomian kami kembali pulih," ucapnya.

Merujuk data, abrasi melumat 184 bidang tambak. Luasnya ribuan hektare. Tersebar di wilayah lain: Desa Tawangsari, Prapag Kidul, Prapag Lor, Losari Lor, Losari Kidul, dan Pengabean. Imbas pembangunan bendungan, drempel, dan pintu air Sungai Cisanggarung.

Seperti di Desa Limbangan. Hanya tersisa tujuh persen dari 363 hektare tambak pada 2004. Lainnya menjadi laut. Di Desa Prapag Kidul mencapai 150 hektare luasnya.

Ketua Menjalin Solidaritas (Mentas) Brebes sekaligus pendamping advokasi para petambak, Caswadi, mengungkapkan, permasalahan ini berlangsung sejak lama. Hingga kini belum diperhatikan pemerintah.

"Usulan pembangunan di desa-desa para petambak itu tak pernah diakomodir. Mereka seolah dianaktirikan. Padahal, mereka juga warga negara yang taat bayar pajak," bebernya.

Para petambak lantas meminta pemerintah membongkar drempel bendungan. Agar aliran sungai lancar kembali. Sedimentasi pun terbawa arus hingga terbentuk reklamasi secara alami.

Jika tuntutan tak dipenuhi, mereka bakal menempuh jalur hukum. "Kami tempuh sebagai upaya terakhir," ujar kuasa hukum para petambak Losari, Evi Risnayanti.

Dia melanjutkan, kondisi sungai kini mengecil dan mendangkal. Sebelumnya, menukil Tribun Jateng, mampu memenuhi kebutuhan air warga Losari dan Cirebon.