Pematokan Calon Lahan Jalan Tol Yogyakarta-Bawen Wilayah Jateng Dimulai

Pematokan Calon Lahan Jalan Tol Yogyakarta-Bawen Wilayah Jateng Dimulai Kegiatan Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Pembangunan Jalan di Balai Kelurahan Gondoriyo, Kabupaten Semarang. Foto: Jatengprov.go.id

Semarang, Pos Jateng - Pematokan calon lahan pembangunan jalan tol Yogyakarta-Bawen di Jawa Tengah (Jateng) mulai dilakukan Februari 2022 ini. Pemasangan patok dilakukan di tiga wilayah yang telah menjalani konsultasi publik pengadaan tanah tol, yaitu Kabupaten Temanggung, Kota Magelang dan Kabupaten Magelang.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Jalan Tol Yogyakarta-Bawen, Moh. Fajri Nukman menjelaskan, pihaknya mulai memasang patok setelah sebelumnya izin kepada warga terdampak saat konsultasi publik dilakukan.

Alhamdulillah, seluruh warga (terdampak tol) mengizinkan kami memasang patok ini di tempat pekarangan, atau di sawah, di rumah milik masyarakat,” kata Fajri usai Konsultasi Publik Pengadaan Tanah Pembangunan Jalan di Balai Kelurahan Gondoriyo, Kabupaten Semarang, Selasa (22/2).

Fajri menerangkan, pematokan telah dilakukan di batas Kabupaten Sleman, DIY dan Desa Bligo, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang.

Sampai minggu ketiga Februari 2022, lanjutnya, patok telah terpasang di enam desa di Kabupaten Magelang dengan rata-rata pemasangan patok mencapai 170 titik calon lahan pembangunan tol. Rencananya, pemasangan patok tol bisa selesai hingga Bawen Kabupaten Semarang pada Maret atau April 2022.

“Pengalaman kami, di desa yang belum terpasang patok sudah ikut melihat dan menanyakan, kapan di desanya akan dipasang patok. Alhamdulillah, ini memberikan respons positif,” sambungnya.

Fajri mewakili petugas pemasang patok memohon izin bila pemasangan dilakukan akan mengganggu aktivitas warga. Selain itu, masyarakat terdampak hendaknya bisa menandai batas tanahnya masing-masing dengan berkoordinasi antartetangga sekitar. Mereka dapat menandai batas tanah dengan patok bambu.

“Sehingga nanti pihak pelaksana pengadaan tanah, ketika akan mengukur bidang tanah akan lebih cepat karena batas-batas tanah yang ada di dalam patok telah ditandai dengan patok-patok bambu (oleh warga terdampak),” jelasnya.

Salah satu warga terdampak asal Kelurahan Gondoriyo, Panji, mengaku telah mengetahui adanya pematokan saat konsultasi publik.

“Ini program pemerintah, maka saya mendukung, karena juga akan meningkatkan perekonomian warga,” ucapnya.